02

40 8 1
                                    


Amanda mengetuk pintu ruangan Maria, lalu menyembulkan kepalanya di pintu.

"Ngapain di situ, sini masuk," Maria membereskan beberapa kertas yang berceceran di mejanya.

"Kenapa manggil? Tentang Ina-TV ya?" tanya Amanda sambil duduk di depan meja Maria.

"Kamu tahu ngga? Kata Bu Adelia, kamu bagus banget kemaren. Acaranya tayang besok siang, jangan lupa nonton buat review ya."

"Syukur deh aku ngga bikin masalah," Amanda berpura-pura mengelus dada.

"Jangan bercanda deh. Apa sih yang ngga bisa dilakuin sama Amanda?" Maria mencubit lengan Amanda, "Jadi, kalau habis ini kamu aja yang ngisi di Ina-TV gimana Nda?"

Amanda terdiam sesaat, kembali lagi ke gedung Ina-Tower. Itu artinya...

"Gimana? Mereka bilang kamu bagus banget, loh. Lanjut aja ya? Kalau aku, kamu kan tahu sendiri kalau aku udah ada anak, susah kalau aku harus pulang telat,"

"Aku..." Amanda menimbang-nimbang.

"Nanti kalau habis tapping ngga perlu balik lagi ke kantor, bisa langsung pulang biar ngga muter-muter,"

Amanda tersenyum, "Iya ngga apa-apa. Aku juga suka kok disana,"

"Oke, aku hubungi Bu Adelia ya. Thanks banget loh, Nda,"

Amanda keluar dari ruangan Maria sambil memikirnya kesempatannya. Mungkin kali ini bisa...

❀ ~ ☘ ~ ❀


"Oh, yang ngisi program konsultasi nutrisi jadinya beneran diganti? Yang kemarin itu ya orangnya?" Wisnu, program director untuk acara yang diisi Amanda terlihat sedang berbicara dengan rekan kerjanya.

"Iya Mas, soalnya Bu Maria agak susah sama jadwalnya. Yang ini katanya ngga ada masalah,"

"Ngga apa-apa sih, kita kan kontrak sama perusahaannya. Yang penting dari sananya memenuhi kriteria. Kemarin juga orangnya bagus banget kok, saya puas nonton hasilnya. Kayaknya orangnya pinter tapi humble,"

"Oke Mas, berarti ngga ada masalah ya. Biar aku hubungi orangnya lagi buat tapping selanjutnya,"

"Sip," Wisnu mengacungkan jempolnya.

Ketika berbincang dengan Adelia, Wisnu melihat Yudhis yang sedang melintas di koridor yang sama dengan mereka, "Wah, Yudhis. Lama ngga kelihatan," sapanya.

"Perasaan disini-sini aja," ujar Yudhis sambil menepuk pundak Wisnu, "Ngobrolnya kok di jalan?"

"Biasa Mas, ngomongin program," jawab Adelia.

"Ngga ah, ngomongin cewek loh ini tadi," Wisnu memasang wajah nakalnya untuk menggoda Yudhis.

"Bu, jomblo dia Bu. Jangan nunjukin cewek lah, ntar diembat,"

"Eh, yang ini girlfriend material banget Dhis, konsultan gizi program gue yang baru,"

"Mas Wisnu, profesional Mas," tegur Adelia.

Yudhis tertawa melihat Wisnu yang langsung memasang wajah sebal.

"Ah, si Ibu ngga bisa bercanda ah," keluhnya.

"Ya udah deh Mas, saya masih harus ngurus yang lain. Duluan ya Mas."

Yudhis tertawa, "Iya Bu, kalau kelamaan ngobrol sama Wisnu, ntar malah Wisnunya minta dicomblangin,"

"Yah, kan saya juga mau Bu, kayak Bu Adelia yang udah punya pendamping hidup. Masih muda tapi udah ada anaknya lucu-lucu," goda Wisnu.

"Itu tergantung amal dan ibadah Mas," Ujar Adelia seraya meninggalkan dua lelaki di hadapannya.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang