20

15 5 0
                                    


Februari 2018

Amanda mengetuk kamar hotel Yasmin. Sudah pukul sembilan pagi, tapi Yasmin berkata bahwa dirinya masih belum bersiap jika harus menemui Amanda di luar. Akhirnya Yasmin meminta Amanda menemuinya di kamar hotelnya lebuh dahulu.

"Hai," Yasmin menyapa riang dengan senyum mengembang, "Ayo masuk," ajaknya sambil setengah menarik tangan Amanda hingga masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu udah mandi belum?" tanya Amanda melihat penampilan Yasmin yang masih acak-acakan.

"Udah, aku tinggal ganti baju sebentar. Barusan Bisma rewel banget ngga mau ditinggal, jadinya aku ngurusin dia dulu,"

Amanda tersenyum kecil mendengar cerita Yasmin. Akan seperti itu memang jika menjadi ibu.

"Halo Bisma. Udah mandi sama makan?" Amanda menyapa Bisma yang sedang bermain di lantai. Yasmin sudah mengalasinya dengan karpet tipis yang sengaja dibawanya.

"Udah Tante, sekarang Bisma mau main. Ayo kita main, Tante," Yasmin menirukan suara anak kecil dan berjongkok di samping Bisma, "Nitip jagain bentar ya, aku mau ganti baju dulu," pintanya pada Amanda.

"Oke. Bisma mau main apa nih?" Amanda melihat Bisma sedang menepuk-nepuk sebuah buku cerita bergambar untuk balita tanpa tahu fungsi buku itu.

Amanda tertawa dan mengambil buku itu dengan hati-hati, "Gimana kalau kita baca buku cerita?" tangan Amanda kemudian meraih Bisma dan memangkunya di atas sofa. Bayi itu tidak menangis atau menolak. Untung saja Bisma tidak mewarisi sifat Oka yang suka uring-uringan.

Bisma justru sangat mirip dengan Yasmin. Bukan hanya fisiknya, tapi juga sifatnya terlihat lebih mirip Yasmin yang ceria dan tidak bisa diam.

Amanda membacakan cerita sambil menunjuk-nunjuk gambar yang ada di buku itu. Bisma yang belum mengerti ikut menunjuk-nunjuk gambar yang disentuh Amanda.

Baru beberapa halaman yang dibaca Amanda, Yasmin sudah keluar dari kamar mandi dengan tampilan lebih rapi.

"Rewel ngga?" tanyanya.

"Ngga. Dia suka dibacain cerita nih kayaknya," jawab Amanda.

"Iya, dia paling suka didongengin. Asal ngga didongengin rumus matematika aja sama papanya," seloroh Yasmin sembari mulai merias wajahnya.

Amanda tertawa menanggapi perkataan Yasmin. Gadis ini selalu saja memiliki bahan untuk melucu.

"Oh iya, Nda. Aku boleh tanya soal Kak Yudhis?" Yasmin jadi mengikuti panggilan Amanda dan Oka untuk Yudhis tanpa sadar.

Amanda menoleh ke arah Yasmin, "Iya, kenapa?"

"Kalian udah sering jalan bareng?" tanyanya polos.

"Lumayan. Sejak aku bilang aku ketemu sama dia di Ina-Tower, aku udah beberapa kali keluar sama dia,"

"Sejak pertama kali kalian ketemu? Yang kamu cerita ke Oka waktu awal tahun itu?" Yasmin bertanya lagi, mencoba memperjelas.

Amanda mengangguk, "Iya, sejak itu udah sering keluar," dalam hati Amanda menambahkan bahwa Yudhis menemuinya karena keinginan laki-laki itu untuk memergoki Amanda yang disangkanya stalker.

"Kalau keluar memang berdua gitu aja atau..." Yasmin menggantung kalimatnya.

Amanda menghela nafas, mengingat dirinya yang dulu pernah harus bertemu juga dengan Lala dan Wisnu, "Pernah sih sama yang lain juga. Tapi seringnya memang cuma berdua,"

Yasmin mengangguk-angguk, "Yang ngajak biasanya siapa?"

"Dia," jawab Amanda singkat. Mana berani dirinya mengajak Yudhis keluar lebih dulu saat ia belum mengetahui jika Yudhis juga memiliki perasaan padanya.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang