08

23 8 0
                                    


September 2005

Gerald sengaja menunggu Oka dan Amanda di depan ruang seni rupa. Pagi hari ini, Oka mendatanginya dan menyampaikan bahwa mereka akan melakukan liputan persiapan pameran seni lukis hari ini sepulang sekolah. Gerald benar-benar tidak sabar melihat reaksi Yudhis ketika mengetahui bahwa Amanda akan melakukan liputan nanti. Dirinya juga ingin melihat bagaimana Amanda menjalankan tugasnya jika ada Yudhis di sana.

Oka sendiri sudah mendatangi Amanda dan memberi tahu bahwa dirinya sudah bertemu dengan ketua Klub Seni Rupa dan membuat janji liputan. Amanda tentu saja kaget bukan kepalang. Bukan hanya karena Oka yang mendatangi kelasnya untuk memberi tahunya tentang agenda liputan, tapi juga dari inisiatif Oka yang menghubungi ketua Klub Seni Rupa tanpa mengajaknya terlebih dahulu.

"Hai Harry Potter!" sapa Gerald setengah berteriak ketika melihat Oka dan Amanda keluar dari pintu belakang kelas X-1 yang langsung berhadapan dengan ruang seni rupa.

Amanda terkejut melihat Gerald melambaikan tangan menyapanya dari depan ruang seni rupa. Rasanya Amanda semakin ingin menghindari tugas liputannya dan memilih pulang. Gadis itu yakin bahwa liputannya hari ini akan kacau-balau. Belum-belum ia memulai liputannya, kakak kelas menyebalkan yang dulu ditemuinya di perpustakaan tiba-tiba menyapanya.

"Saya udah kembaliin novelnya," ucap Amanda ketika dirinya sudah berada di depan ruang seni rupa.

"Iya, aku juga udah pinjem kok. Udah selesai baca malah," jawab Gerald enteng.

Amanda mengingat bagaimana Gerald benar-benar mencarinya seminggu kemudian setelah gadis itu meminjam novel Harry Potter di perpustakaan. Amanda yang belum selesai membaca, akhirnya mengembalikannya beberapa hari kemudian setelah membayar denda. Gadis itu terpaksa menyelesaikan bacaannya lebih cepat. Kali ini bukan karena diteror Gerald, tapi karena Pak Mendung, Wakil Kepala Sekolah sekaligus guru matematikanya akan mengadakan ulangan harian.

Amanda yang tidak mau konsentrasi belajarnya terganggu dengan novel Harry Potter pinjamannya, akhirnya menyelesaikan seluruh bab yang belum selesai dibacanya dan kemudian mengembalikannya.

"Ka, mana ketua klubnya?" tanya Amanda setengah berbisik pada Oka. Dirinya sedang malas menghadapi Gerald dan berusaha terlihat sibuk dengan harapan Gerald tidak akan mengganggunya.

Gerald menahan tawa mendengar pertanyaan adik kelasnya itu.

Oka dengan cuek menunjuk Gerald dengan gerakan dagunya, "Nih,"

Mata Amanda terbelalak. Ini?! Yang bener aja! Makin kacau aja nih liputan, gadis itu memekik dalam hati. 

Dari sekian banyak siswa yang menjadi anggota Klub Seni Rupa, ternyata ketuanya adalah kakak kelas yang pernah hampir menggagalkannya meminjam novel di perpustakaan.

Gerald kali ini langsung tertawa kencang. Mimik wajah Amanda saat mengetahui bahwa dirinya adalah ketua Klub Seni Rupa, benar-benar terasa lucu.

"Iya, aku ketua klubnya. Katanya mau ngeliput, masa ngga tahu siapa narasumbernya," ledek Gerald.

Wajah Amanda memerah menahan malu. Ingin sekali rasanya Amanda menyembunyikan wajahnya dari hadapan Gerald.

Oka di sampingnya hanya melihat adengan itu sambil menahan senyum. Dia tidak menyangka teman sekelompoknya itu akan benar-benar terkejut sampai malu. Mungkin ini sebabnya dulu Gerald meminta Oka tidak memberitahu Amanda jika Gerald sendiri sudah mengetahui siapa Amanda.

"Maaf Kak, saya ngga tahu," ujar Amanda tertunduk kemudian mengulurkan tangannya, "Saya Amanda dari Klub Jurnalis,"

Gerald masih tertawa, "Santai aja lagi. Aku Gerald," Gerald menjabat tangan Amanda. Dahinya mengernyit menyadari tangan Amanda yang terasa dingin.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang