Juli 2005
Amanda sengaja menunggu Riani di depan pintu kelasnya. Sejak masuk SMA, Amanda dan Riani tidak lagi berada dalam satu kelas. Amanda berada di kelas X-2 sementara Riani berada di kelas X-7. Beberapa hari ini Amanda sering mengajak Riani ke kantin pada jam istirahat karena Amanda mengetahui kebiasaan Yudhis yang selalu sarapan di kantin bersama beberapa teman sekelasnya pada saat istirahat pertama.
"Dih, kesini lagi," keluh Riani ketika melihat Amanda sudah menunggunya di depan kelas.
"Yah, temenin sih. Kamu juga pasti mau cari makanan ke kantin," ujar Amanda sambil menarik pergelangan tangan Riani.
"Duh, iya iya. Ngga usah narik segala,"
Amanda melepas tangannya, "Iya maaf. Takut kantinnya keburu ramai. Ntar malah ngga dapet tempat duduk,"
"Besok ke kantin sama temen sekelas kamu sih, Nda. Aku kan juga mau ke kantin sama temen yang lain,"
"Kalau sama temen sekelas nanti malah ngga bisa lihat Kak Yudhis,"
Riani gemas dengan jawaban Amanda, "Ih, kalau gitu, sendirian aja ke kantinnya,"
"Yah, maaf..." Amanda langsung memasang wajah memelas.
"Ya udah, ini terakhir ya. Besok-besok aku ngga mau nemenin kamu lagi," ujar Riani sambil memasuki kantin.
Amanda hanya bisa mengiyakan kata-kata Riani. Dia tahu jika Riani hanya ingin lebih dekat dengan teman sekelasnya, bukannya selalu menemani Amanda seperti ini.
"Mbok, tipat cantok* (sejenis gado-gado ala Bali) satu," Riani memesan makanannya, "Kamu makan apa, Nda?"
"Hm, samain aja,"
"Mbok, tipat cantoknya lagi satu," Riani mengulangi pesanannya.
"Duduk disana ya," Amanda menunjuk tempat duduk yang dapat membuatnya leluasa melihat ke arah Yudhis dan teman-temannya. Meja itu berselang dua meja dengan meja yang ditempati Yudhis.
"Ya udah duduk dulu sana, aku mau beli minum,"
"Titip," Amanda tersenyum sambil menyerahkan lembaran uang pada Riani.
Riani langsung berlalu untuk membeli minum setelah mengambil uang Amanda, sementara Amanda langsung menempati tempat duduk itu sebelum ada orang lain yang duduk disana.
Dari tempat duduknya, Amanda bisa melihat Yudhis yang sedang makan sambil berbincang dengan teman-temannya. Biasanya Amanda memilih tempat duduk di belakang Yudhis supaya tidak berhadap-hadapan seperti ini, tapi hari ini, hanya tempat ini yang paling strategis agar dirinya bisa melihat Yudhis. Tempat duduk lain dirasa Amanda hanya akan menyusahkannya karena pasti terhalang anak-anak lain, terutama gerombolan siswa laki-laki dari kelas sebelas dan dua belas yang memiliki badan besar.
Riani datang dengan membawa dua botol air mineral. Bersamaan dengan itu, pesanan makan mereka berdua juga datang. Riani memilih duduk berhadapan dengan Amanda karena sudah malas melihat Yudhis dan teman-teman sekelasnya. Ketika dirinya menemani Amanda setiap hari seperti ini, sama saja ia juga melihat Yudhis dan teman-temannya setiap hari. Jadi hari ini Riani memilih memandang ke arah lain sambil menikmati makanannya.
"Ngomong-ngomong kamu udah mutusin mau ikut klub apa?" tanya Riani yang membuat Amanda menoleh ke arahnya.
"Hm, maunya sih yang ada Kak Yudhisnya, tapi kan waktu perkenalan klub dia ngga ada. Jadi ya masih belum tahu sih,"
Riani menghela nafas, lagi-lagi Yudhis. Dia mengingat hari perkenalan klub. Klub sendiri hanyalah sebutan yang diberikan untuk mempermudah penyebutan ekstrakurikuler atau ekskul di sekolah ini. Di hari perkenalan klub, Amanda sudah memperhatikan baik-baik setiap klub yang ada dan mencari siapa tahu sosok yang dicarinya muncul. Tapi nyatanya, sampai perkenalan klub selesai, orang yang ia cari tidak muncul sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...