Oktober 2005
Gadis itu terpaku pada lukisan besar yang terpajang di bagian depan pameran lukisan. Semua orang yang baru memasuki ruang pameran akan langsung disuguhkan lukisan dengan nuansa warna jingga keemasan itu.
Amanda mundur beberapa langkah ke belakang, mencoba membidik lukisan itu dengan kamera kecil di tangannya. Rasa kagumnya masih belum hilang. Didekatinya lagi lukisan itu. Belum banyak orang yang memasuki ruang pameran karena hari masih pagi. Masih banyak siswa yang masih melakukan persiapan untuk beberapa lomba seni hari ini. Digunakannya kesempatan itu untuk memperhatikan lukisan di depannya lebih dekat.
Sebuah catatan di bawah lukisan itu menunjukkan judul lukisan dan juga sedikit deskripsi. Amanda membaca tulisan itu. "Menyapa", Judul yang singkat untuk sebuah karya yang besar. Pada kalimat di bawahnya tertulis, "Jika Kau ingin mengenalnya, sapalah". Amanda tersenyum. Tulisan itu seakan menggambarkan bagaimana keadaannya sekarang.
Jari-jari Amanda menelusuri lukisan di depannya. Lukisan itu sendiri menggambarkan seorang gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangannya menyentuh ambang jendela. Matanya seakan-akan sedang memandang pemandangan luas di luar jendela, seolah gadis itu ingin menyapa dunia di luar dan ingin mengenalnya lebih jauh. Sama seperti kalimat yang tertulis di bawah lukisan.
Apakah berlebihan jika Amanda merasa gadis dalam lukisan ini terlihat seperti dirinya? Gadis itu berkulit putih yang nampak keemasan diterpa cahaya matahari. Rambutnya hitam panjang tergerai menyentuh punggung, dengan beberapa anak rambut di bagian wajahnya karena adanya tiupan angin. Entah mengapa penggambaran itu terlihat terlalu mirip dengan dirinya. Bibir Amanda mengulas senyum menyadari kemiripannya dengan lukisan di depannya.
Saat sedang tenggelam dalam keterpanaan pada lukisan di hadapannya, Amanda menyadari ada seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Orang itu adalah pelukis yang membubuhkan inisial YR di pojok kiri bawah lukisannya. Dialah Yudhis sendiri.
Amanda terkesiap, dengan tiba-tiba memutar tubuhnya dan berjalan terburu-buru meninggalkan lukisan. Ditinggalkannya ruang pameran seakan-akan dirinya baru saja terpergok mencuri di sana. Rasa gugupnya yang datang tiba-tiba hanya karena tertangkap Yudhis sedang memperhatikan salah satu karyanya, membuat Amanda tidak bisa berpikir dan memilih pergi dari sana.
Baru saja dibacanya kalimat yang tertera disana. Sapalah. Tetapi sepertinya hari ini tidak akan ada sebuah sapaan dari Amanda untuk Yudhis.
☘
Yudhis meneliti satu per satu lukisan yang dipajang dalam ruang pameran. Memastikan tidak ada yang salah atau kurang. Saat dirinya mendekati bagian depan ruang pameran, didapatinya sosok Amanda sedang memotret lukisannya. Gadis itu sendirian. Tidak lagi bersama Oka yang beberapa hari ini terlihat sering berada di sampingnya.
Dilihatnya Amanda mendekati lukisan dengan wajah takjub. Gadis itu membaca kartu yang terletak di bawah lukisan kemudian terlihat menghela nafas sejenak. Sepertinya tulisan itu bermakna sesuatu baginya. Setelah tidak lagi terpaku pada deretan kalimat di bawah lukisan itu, mata Amanda beralih menikmati lukisan di depannya, seakan ingin mengamati setiap inci karya besar itu. Tangan gadis itu menyentuh lukisan perlahan, sesaat kemudian tumbuh sebuah senyuman di bibirnya.
Yudhis terdiam. Ada perasaan senang luar biasa melihat Amanda tersenyum memandang lukisannya. Lukisan yang dibuat Yudhis hampir sebulan belakangan hanya untuk gadis di depannya. Kalimat di bawah judul lukisan itu bukan dibuat untuk orang lain, namun untuk dirinya sendiri. Yudhis ingin mengenal gadis itu. Maka tekadnya sudah bulat, saat Amanda datang melihat lukisannya, ia akan menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dazzling Memory
RomanceSeberapa lama Kau bisa bertahan ketika Kau menyukai seseorang? Apakah sehari? Seminggu? Setahun? Sepuluh tahun? Apakah menyukai seseorang begitu sulit sehingga Kau harus menyerah, atau justru begitu menyenangkan hingga Kau tidak dapat berhenti? Apak...