21

14 5 0
                                    


"Hai, sorry telat. Biasa, macet," Amanda mengambil tempat duduk di hadapan Oka dan Yasmin yang sudah menunggunya di sebuah restoran selama hampir tiga puluh menit.

"Ya udah, pesen aja dulu. Aku juga masih nyuapin Bisma," Yasmin menjawab ramah. Tangannya menyuapkan bubur pada Bisma yang duduk di sebuah kursi khusus bayi dan balita.

Amanda kemudian memesan sesuatu kepada waiter disana. Selepas memesan makanan, matanya memperhatikan Oka yang terlihat makan dengan terburu-buru.

"Kamu kok makannya kayak lagi dikejar setan gitu sih, Ka?"

"Biar cepet selesai, jadinya aku bisa gantian jagain Bisma biar Yasmin juga bisa makan," jawab Oka setelah menelan suapannya.

Tanpa terasa Amanda tersenyum. Ternyata laki-laki seperti Oka juga memperhatikan hal seperti itu. Jika semua suami berpikiran seperti Oka, pasti Amanda tidak akan lagi menemukan ibu-ibu yang makan sampai keteteran karena waktunya sudah habis untuk menyuapi anak mereka, sementara suami mereka tidak mau tahu.

Pesanan Amanda datang tak lama kemudian, hampir bersamaan dengan Oka yang menyelesaikan makannya.

"Kamu makan dulu biar ngga keburu dingin. Sini aku yang suapin Bisma," dengan sigap Oka mengamit mangkuk bubur Bisma dari tangan Yasmin.

"Oke, sekarang Bisma makan sama Papa dulu," Yasmin tersenyum pada Bisma sebelum ia mulai memakan makanannya.

"Ternyata Oka bisa juga ya nyuapin Bisma. Ngga nyangka, orang kayak dia bakalan jadi bapak," seloroh Amanda sembari masih menghabiskan makanannya.

"Dia itu bapak idaman. Jangankan cuma ngasih makan. Dari mulai ganti popok, mandiin, sampai nyusuin juga bisa," ujar Yasmin. Matanya melihat Oka dengan pandangan terpukau.

"Oh ya? Masa sih? Ngga kelihatan tuh," Amanda sengaja meledek Oka.

"Enak aja, aku udah latihan biar bisa ngelakuin itu semua,"

"Oh ya?" ledek Amanda lagi.

"Terserah kalau ngga percaya. Jarang ada suami macem aku," ucap Oka cuek sembari membersihkan sisa bubur di sekitar mulut Bisma.

Yasmin menertawai keduanya. Mereka bilang mereka bersahabat, tapi nyatanya mereka tidak bisa ramah satu sama lain.

"Oh iya, Ka. Tahun ini dateng reuni Yuk. Udah lama banget aku ngga pernah dateng reunian,"

Oka menoleh pada Amanda, "Tumben ngajak reunian. Masih lama, juga. Masih bulan Oktober,"

Beberapa tahun sejak kelulusan mereka, SMA Mandala mengadakan acara reuni pada rentetan acara ulang tahun sekolah. Biasanya diisi dengan jalan santai atau acara lainnya. Oka yang kuliah di luar negeri tentunya tidak pernah datang ke acara reuni. Setelah ia menikah dan menetap di Bali pun, ia tidak tertarik untuk datang. Untuk apa? Toh selama berada di SMA dulu, teman dekatnya hanya Amanda seorang. Tanpa diadakan reuni pun mereka akan sering bertemu.

Amanda pernah beberapa kali datang ke acara reuni, berharap Yudhis juga datang, namun hasilnya nihil. Ia tidak pernah melihat sosok Yudhis di sana. Sepertinya laki-laki itu juga bukan tipe alumni yang rutin datang saat acara reuni.

"Ya ngga apa-apa kan kalau diobrolin sekarang. Jadi bisa siap-siap cuti buat bulan Oktober,"

"Kalau kamu mau dateng ke acara reuni bareng Kak Yudhis, ngga usah ngajak aku juga ngga apa-apa," Oka bicara tanpa melihat wajah Amanda. Ia hanya menyibukkan diri dengan menyuapi anaknya.

"Oka, kamu ngomongnya jangan gitu, ih," Yasmin memukul punggung Oka, namun laki-laki itu hanya bergeming.

"Udah, ngga apa-apa, Yas. Kayak aku ngga pernah ngadepin Oka yang kayak gini aja," Amanda tersenyum dan tetap melahap makanannya, "Aku udah ngadepin dia yang kayak gini belasan tahun," ia menambahkan.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang