06

23 5 0
                                    

Januari 2018

Pagi itu seperti biasa, Yudhis memesan kopi di salah satu kedai kopi di dalam lobi Ina-Tower. Lelaki itu entah sejak kapan memiliki kebiasaan minum kopi setiap paginya. Kadang dia membuat kopinya sendiri dengan coffee maker di apartemennya, namun jika sedang tidak ingin repot, dia memilih untuk membeli kopi di dalam gedung kantor.

Hari ini, bukan hanya Yudhis yang memesan kopi di sana. Diantara banyak pelanggan kedai kopi itu, terdapat Wisnu yang juga harus memenuhi kebutuhan kafeinnya.

Wisnu dan Yudhis dulu pernah tinggal dalam satu komplek rumah kost. Saat itu Wisnu sudah beberapa bulan bekerja, sedangkan Yudhis baru masuk menjadi pegawai baru. Keduanya cukup akrab, sama seperti pegawai Ina-Corp lain yang tinggal di dalam komplek kost tersebut. Mereka mulai jarang bertemu ketika Wisnu memutuskan untuk mengontrak sebuat rumah kecil yang letaknya cukup jauh dari Ina-Tower. Hampir setahun kemudian, Yudhis juga pindah menempati sebuah apartemen yang dirasa memiliki suasana lebih nyaman untuk beristirahat.

"Hai Dhis, gimana kemarin?" sapa Wisnu ketika dilihatnya Yudhis masih berdiri di dalam coffee shop sambil mengutak atik ponselnya.

"Kemarin?" tanya Yudhis yang belum mengerti kemana arah pembicaraan Wisnu.

"Katanya kemarin lo ngopi bareng Amanda,"

"Oh itu. Yah, kayak ketemu temen lama aja. Kenapa?"

"Ngga apa-apa, nanya doank," Wisnu menghentikan kata-katanya sebentar, "Oh iya, tentang omongan gue waktu itu soal konsultan nutrisi yang baru, gue bener-bener minta maaf. Gue ngga tahu kalau dia ternyata adik kelas lo,"

"It's Okay. Gue juga awalnya ngga tahu kok," ucap Yudhis santai.

"Please jangan bilang dia ya, gue ngga mau dikira mikir aneh-aneh tentang dia," mohon Wisnu.

Yudhis tertawa melihat kelakuan Wisnu, "Santai lah," jawabnya sambil masih menertawai Wisnu.

Wisnu kembali terdiam, kemudian terlihat ragu untuk menyampaikan sesuatu.

"Ng... lo deket ya sama Amanda?" masih terdengar keraguan dalam pertanyaannya.

Kali ini Yudhis yang mengerutkan dahinya bingung, "Kenapa memangnya?"

Wisnu tidak menjawab, tapi dari gerak tubuhnya terlihat dia bimbang untuk mengutarakan sesuatu.

"Lo beneran suka sama Amanda?" tanya Yudhis tepat sasaran.

Wisnu tersenyum malu-malu, berusaha menyembunyikan perasaannya, "Dia... dia udah punya pacar belum?"

Yudhis teringat pembicaraan mereka kemarin. Selain menyangkal bahwa Amanda pernah berpacaran dengan Oka, tidak ada lagi pembicaraan yang bisa membuat Yudhis tahu gadis itu apakah Amanda sudah memiliki pasangan atau belum.

"Hm, gue ngga tahu soal itu,"

Wisnu mendesah, "Yah, ya udah ngga apa-apa," jawabnya lemas, "Eh, Dhis, gue sebenernya pingin ngajak dia ngobrol atau jalan di luar kerjaan, tapi gue takut dikira ngga professional. Menurut lo gimana?"

Yudhis tertawa kecil mendengar pertanyaan kawannya. Walaupun terlihat mudah bergaul dengan siapa saja, sesungguhnya Wisnu tidak memiliki banyak pengalaman untuk mendekati seorang wanita. Sikapnya yang memilih untuk menjadi jomblo sekian lama juga membuatnya semakin tidak tahu apa yang harus dilakukannya ketika sedang jatuh cinta.

"Ya ngga apa-apa. Ajak aja ngobrol, keluar," ucap Yudhis enteng.

"Yah, grogi duluan gue ntar," Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Lo kan kenal dari dulu, dia orangnya kayak apa sih?"

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang