31

19 5 0
                                    

Amanda menelpon Yudhis berkali-kali. Tapi laki-laki itu tetap tidak mengangkat teleponnya.

Gadis itu merasa dirinya sudah setengah gila hingga menguhubungi Yudhis berkali-kali. Bagaimanapun Amanda masih menuntut penjelasan.

Sudah hampir seminggu dan Yudhis benar-benar tidak menghubunginya, ia juga mengabaikan seluruh pesan yang Amanda kirimkan padanya.

Amanda hanya tahu Lala mengalami kecelakaan, tapi bagaimana kondisinya sekarang atau seberapa parah lukanya, Amanda tidak tahu.

Walaupun Amanda ingin menanyakan itu pada Yudhis, laki-laki itu sepertinya sudah benar-benar memutuskan hubungan dengannya.

Amanda duduk di ranjangnya dan melihat kotak biru besar yang pernah Yudhis berikan untuknya. Sekarang penghuninya sudah bertambah. Amanda memasukkan pigura yang pernah dilemparnya, serta selembar foto yang diambil saat Amanda dan Yudhis menaiki kora-kora di Dufan.

Melihat kotak itu sekarang, mengingatkan Amanda akan kenangan antara dirinya dan Yudhis yang tak akan bisa terulang lagi.

Beginikah dulu Yudhis melihat kotak itu? Menyakiti hatinya karena tak lagi bisa mengulang kenangan manis yang tersimpan di dalamnya.

❀ ~ ☘ ~ ❀


"Boleh aku duduk di sini?" Yudhis menunjuk tempat kosong di sebelah kursi roda Lala. Gadis itu sedang duduk di kursi rodanya dan memandangi kolam ikan di belakang rumah.

Lala mengangguk. Sejak Yudhis datang kemarin malam, Lala memilih untuk tidak menimbulkan pertengkaran. Ia tak ingin orang tuanya ikut memikirkan hubungannya dengan Yudhis.

Yudhis duduk di tepian kolam dan memasukkan kakinya ke dalam air. Ia bersyukur Lala tidak langsung pergi meninggalkannya.

"Masih ada yang terasa sakit?" tanya Yudhis sembari mendongak menatap Lala di kursi roda.

"Namanya juga habis patah, ya masih nyeri," jawabnya datar.

Yudhis tersenyum karena Lala sudah tidak menjawab pertanyaanya dengan ketus.

"Kamu ngga marah kan, kalau aku ke sini lagi?" Yudhis kembali menatap Lala.

Sepulang kerja kemarin, Yudhis langsung pergi menuju rumah Lala. Sudah hampir seminggu ia tidak bertemu kekasihnya, Yudhis sudah ingin melihat bagaimana kondisi Lala sekarang.

"Terserah kamu aja sih. Kamu juga yang nyetir sampai sini,"

Yudhis kembali tersenyum karena sudah tidak ada penolakan dari Lala atas kehadirannya.

Satu tangan Yudhis meraih tangan Lala yang berada di atas pegangan tangan kursi rodanya. Lala membiarkannya saja.

"Aku seneng kamu mau aku ajak ngobrol lagi,"

Lala memandang kekasihnya. Apa sekarang sudah saatnya ia memaafkan Yudhis?

Tapi Lala tidak tahu apa yang sudah Yudhis lakukan selama lima hari di Jakarta. Bagaimana jika Yudhis menemui Amanda lagi tanpa sepengetahuannya?

"Kamu bisa pegel kalau posisi kamu kaya gitu terus,"

Yudhis tertawa. Sedari tadi dirinya harus mendongak saat melihat Lala, Yudhis juga harus memutar badannya sedikit. Tentu saja lama-lama Yudhis merasa pegal.

"It's fine. Selama kamu masih mau ngobrol sama aku, aku bisa kaya gini terus,"

Lala mendecih. Ucapan laki-laki itu tidak lucu, tapi Lala merindukannya.

"Aku mau ngomong sama kamu, bukan berarti aku udah maafin kamu,"

Yudhis mengerti. Gadis ini tentu saja perlu waktu hingga bisa memaafkannya. Yudhis tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hati yang dirasakan Lala saat mengetahui perbuatannya waktu itu.

Dazzling MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang