Ini adalah jalan dimana kau dan aku beranjak ke arah yang berbeda. Ketika orang lain menyebutnya perpisahan, aku menyebutnya sebagai jalan dari selamat tinggal.
.....
Chapter 18
[Goodbye Road]Suara dari kaca yang berbenturan dengan lantai membawa Seohyun berakhir di depan pintu. Masih mendengarkan suara itu terulang lagi sampai beberapa kali, dan Seohyun masih takut untuk melakukan apapun. Seohyun itu penakut. Sebuah perasaan tidak ingin kehilangan yang besar tapi ia hanyalah pecundang. Pecundang karena ia hanya memandangi pintu berwarna putih itu sembari beberapa kali memegang gagang nya tapi tak pernah sampai ia dorong dan terbuka.
Padahal suara benturan kaca itu bukanlah hanya asumsi positif yang mengatakan bahwa itu tidak sengaja jatuh. Bukan. Seohyun tahu benar suara itu adalah sengaja. Dan sekarang kekhawatiran langsung naik ke dalam kepalanya. Di sana, di balik pintu ini ada Junhyung yang entah apakah Seohyun masih bisa menyebutnya baik-baik saja atau tidak. Dan Junhyung, bahkan pulang dengan keadaan mabuk tadi.
Itu artinya, jika Seohyun tidak segera mencegah apapun yang terjadi di dalam, ia akan kehilangan Junhyung.
Dengan semua sisa sisa keberanian yang ia miliki, akhirnya Seohyun mendorong pintu dan mendapati kamar Junhyung yang berantakan. Pecahan kaca yang berserakan, foto keluarga mereka, dan terlalu banyak darah. Seohyun mundur selangkah, merasa terlalu takut untuk maju. Tapi saat ia melihat ke arah tangan lelaki itu yang luka besar, Seohyun tidak perlu berpikir lagi.
"Apa yang kalau lakukan, Oppa? Kenapa kau melakukan ini? Kenapa?" Teriak Seohyun cemas, panik, takut, semua perasaan tidak senang yang mendadak datang saat ia meraih tangan lelaki itu yang sudah sobek dan mengeluarkan banyak darah. Seohyun ingin menangis, sangat ingin malah. Tapi menjadi lemah untuk sekarang bukanlah saat yang tepat.
"Eo--m-ma. A-aku rindu." Junhyung mendongak dan menatap ke arah Seohyun. Menatap tepat ke dalam mata gadis itu untuk mengatakan segala kesedihannya, kesakitannya, rasa kehilangan, juga ketidak adilan. Seohyun bisa merasakan semua itu dari tatapan yang Junhyung berikan padanya.
Ia paham. Ia paham bahwa kehilangan terlalu menyakitkan. Sangat menyakitkan karena kehilangan adalah satu hal yang tidak bisa di cegah setiap orang. Dengan perlahan, Seohyun merengkuh punggung Junhyung dan meletakkan kepala lelaki itu di atas bahunya, mengatakan bahwa semua nya akan baik-baik saja untuk lelaki itu. "Eo--mma. J-jangan pergi."
Ketika Junhyung membalas pelukannya, Seohyun merasa sangat lega. Setidaknya lelaki itu bisa melupakan segala kenangan mereka dan berhenti menyakiti diri sendiri. "Eo--mma akan tetap d-disini, k-kan?" setelah itu, kepala Junhyung di bawa mendongak lagi menatap Seohyun.
Saat mata mereka bertemu untuk yang kedua kalinya, Junhyung sadar bahwa itu bukan ibunya. Bukan ibunya yang selalu memeluknya ketika ia sedih dan takut. Bukan ibunya yang selalu ia cintai. Bukan. Satu kenyataan yang harus membuat Junhyung sadar bahwa ibunya sudah benar benar pergi untuk selamanya. Selamanya yang takkan pernah kembali, kecuali jika mereka akan bertemu di sisi lain dari mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Fallin In Love
FanfictionDiantara mereka, Kyuhyun adalah orang yang pertama kali menjatuhkan hati untuk Seohyun. Sementara gadis itu hanya sibuk menyebut bahwa mereka adalah teman baik; teman sejak kecil, yang sudah terbiasa bersama. Sampai semuanya tiba-tiba saja berubah...