Benci, nyatanya satu kata yang terasa kosong. Yang berada di antara genggaman tangan, tetapi sebenarnya tanpa kau disana.
.
.
.Chapter 27
[Empty Words]Halaman rumahnya masih sama seperti terakhir kali Kyuhyun kesana. Baunya pun tidak berubah. Bedanya, sekarang dari dalam rumah, Kyuhyun bisa mencium bau tanah yang basah karena hujan deras. Dan satu-satunya yang berubah juga, adalah satu kenyataan, bahwa ayahnya sudah tidak akan pulang lagi ke rumah ini. Selamanya, rumah ini akan menjadi sepi. Tidak akan ada suara teriakan yang bersahutan dari rumah tamu. Karena Kyuhyun, tidak akan lagi bisa berbincang sampai merasa marah dengan ayahnya.
Kali ini keheningan mengambil alih semuanya. Bukan hanya rumah ini, tapi seluruh hati Kyuhyun rasanya sudah semakin mati. Tidak tersisa sedikitpun tempat untuk berbunyi. Entah itu karena benci, atau takdir yang memang terasa sangat mengkhianati. Kyuhyun hanya ingin segera lari dan pergi.
Dalam keadaan yang seperti ini, Kyuhyun ingin menyalahkan semua orang, berteriak marah kepada siapapun yang ada, hanya untuk mengungkapkan betapa tidak adilnya hidup ini ketika perlahan, Kyuhyun kehilangan segalanya. Segalanya kecuali dirinya sendiri. Setelah ibunya, kakaknya, sekarang ayahnya pun sama. Kenapa bukan Kyuhyun. Kenapa ia selalu menjadi orang yang terlambat menyadari, atau menjadi orang terakhir yang tahu betapa bodohnya ia.
Kali ini, untuk kesekian kalinya, seluruh saraf otak nya menyalahkan Seohyun. Lagi-lagi gadis itu. Kyuhyun tahu bukan Seohyun yang membuat ayahnya pergi. Ayahnya hanya sakit, dan Kyuhyun tidak tahu satu fakta itu sejak lama. Hanya saja, seandainya dulu, Seohyun tidak pernah membunuh Junhyung, lalu berakhir dengan ayah nya yang selalu membela gadis itu, Kyuhyun tidak akan merasa marah. Kyuhyun tidak akan membenci ayahnya sendiri yang selalu membela gadis itu.
Dan itu berarti, Kyuhyun akan sering berada di rumah, berbagi tawa dan obrolan bersama ayahnya dengan lepas. Bukan bertemu untuk bertengkar hanya karena membahas semua hal yang sudah lalu.
Dan jika itu semua tidak terjadi, Kyuhyun mungkin tidak akan merasakan seluruh penyesalan di bahunya. Membiarkan ayahnya pergi begitu saja di saat ia sudah menciptakan jarak yang sebegitu lebar di antara mereka.
"Tuan perlu air hangat?" Kepala Kyuhyun menoleh ke arah bibi Eun yang berlari setengah tergopoh ke arahnya. Melihat wanita paruh baya yang nampak tidak baik-baik saja membuat Kyuhyun menghela nafas sangat berat, lalu menggeleng tanpa berpikir. Kyuhyun hanya butuh tidur. Bahkan jika itu tidur selamanya, Kyuhyun tidak akan menolak.
Bibi Eun yang nampak tidak yakin, mengangkat wajahnya untuk memastikan lelaki itu sekali lagi. "Apa tuan muda sudah makan?"
Kyuhyun tidak membutuhkan itu. Yang Kyuhyun butuhkan hanyalah ayahnya untuk kembali di sampingnya lagi. Menemani nya mengobrol sampai malam dengan segelas kopi. Atau menonton pertandingan bola bersama. Ah, rasanya Kyuhyun sangat rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Fallin In Love
FanfictionDiantara mereka, Kyuhyun adalah orang yang pertama kali menjatuhkan hati untuk Seohyun. Sementara gadis itu hanya sibuk menyebut bahwa mereka adalah teman baik; teman sejak kecil, yang sudah terbiasa bersama. Sampai semuanya tiba-tiba saja berubah...