Part 12 : Tentang Mars (bagian 1)

364 76 8
                                    


"Look beyond the naked eye and you will see the beauty of one's soul, and the true essence of who they really are."




*****





[Venus POV]

Hari ini akan jadi hari pertama aku menjalani latihan dengan cheers tigers. Rasanya begitu menyenangkan dan menakutkan disaat yang bersamaan. Menyenangkan karena ini akan jadi kali pertama aku berinteraksi dengan teman sebayaku selain dengan Althea dan Abelia, dan menakutkan karena orang yang akan kutemui adalah Kalea—gadis cantik yang digadang-gadang akan jadi The Next Queen itu tampaknya sangat membenciku. Sudah berapa botol saus ia habiskan untuk mengotori seragamku, membuatku merasa tersingkir bahkan tak dibutuhkan di dunia ini.


-


-


-


Latihan dimulai sejak pukul 03 sore dan berakhir sekitar jam 04.30. Dengan kostum tiger yang sangat menggerahkan, akhirnya latihan itu selesai.


Aku pun berjalan gontai menuju halte yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah. Tapi tak kusangka, saat berjalan keluar dari gerbang, sebuah sepeda motor hitam yang sangat kukenal melesat kencang menuju arah yang berlawanan dari arah yang hendak kutuju. Karena penasaran, aku pun menaiki sebuah angkot yang kebetulan saat itu tidak ada penumpang, aku pun menyuruh sopir angkot tersebut untuk mengikuti ke mana perginya sepeda motor hitam yang kuketahui adalah milik Mars tadi. Beruntungnya ia mau menuruti permintaanku meskipun harus dengan bayaran yang sedikit lebih mahal dari biasanya.


Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, Mars berhenti di depan sebuah kafe dan memarkirkan motornya di sana, aku pun memilih turun dari angkot dan mulai mengikuti ke mana perginya. Meskipun merasa lelah, entah kenapa kakiku seolah sedang dituntun untuk mengikuti Mars. Ia berjalan cepat keluar dari parkiran dan masuk ke sebuah gang yang terletak tak jauh dari kafe tempat ia memarkirkan motornya tadi. Ke mana hendaknya ia pergi, kenapa sampai harus berjalan kaki? Gumamku dalam hati. Meskipun ragu dan merasa bahwa yang aku lakukan ini salah, namun aku tetap mengikuti langkah demi langkah yang Mars lalui.

Ia berjalan cepat bagai buronan yang takut tertangkap basah karena sudah melakukan kesalahan. Aku pun mengikuti langkahnya tak kalah cepat. Setelah beberapa meter berjalan, ia masuk ke sebuah gang yang hanya dengan melihatnya saja kalian akan tahu bahwa tempat ini jarang terjamah oleh siapapun. Rasa penasaranku semakin membuncah, aku pun mulai mempersempit jarak dengan Mars. Ia berjalan masuk semakin dalam dan tibalah kami di depan sebuah gedung tua yang sebagian besar temboknya sudah berlumut, tampak kotor dan tak terurus.

Mars membuka sebuah pintu besar di gedung itu. Aku pun mengekorinya namun dengan tetap menjaga jarak agar Mars tidak mengetahui keberadaanku. Kami pun masuk ke dalam gedung tersebut, di sana—aku disambut dengan ruangan gelap, pengap penuh dengan asap rokok yang bercampur dengan bau alkohol. Menciumnya saja sudah membuatku mual.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang