Part 26 : Venderella

274 58 0
                                    

"Where there is kindness, there is goodness, and when there is goodness, there is magic!" - Cinderella


👠

👠

👠

👠

👠

👠

👠



Berminggu-minggu berlalu sejak kematian ayahnya, kini Venus sudah bisa melanjutkan rutinitasnya seperti sedia kala. Namun, ada hal yang terus menerus mengganggu pikirannya. Sejak kematian ayahnya, sikap Kakak dan Ibu tirinya padanya semakin menjadi-jadi. Bahkan bisa dibilang mereka sangat semena-mena padanya. Tak ada lagi rasa kasihan seperti dahulu. Memasak, mencuci baju dan mencuci piring kini sudah menjadi kegiatan wajibnya setiap kali ia berada di rumah. Makan pun seringkali tak bisa ia nikmati, karena baru saja ia hendak menyantap makanannya, Kakak dan Ibu tirinya itu tak akan membuatnya tenang dengan cara menyuruhnya melakukan sesuatu untuk mereka. Setiap ia ingin pergi ke luar, berjalan-jalan bersama temannya atau sekadar menemui Mars untuk berolahraga, ia harus membuat alasan yang paling cerdas agar mereka mengizinkannya pergi.


Alasan belajar di rumah Abelia adalah yang paling sering ia gunakan. Dan sekarang ia kehabisan ide. Ia tak tahu harus membuat alasan apa agar ia bisa pergi ke rumah Mars dan melanjutkan kegiatan olahraganya yang sempat tertunda.


"Klo lo udh smpe kbrin gw. Gw kluar sbntar mau beli sesuatu."


Pesan itu diterima Venus beberapa menit yang lalu. Yang pengirimnya tak perlu ditanya lagi, tanpa membaca namanya pun ia sudah tahu. Lalu bagaimana ini? Apa ia harus berbohong lagi? Kebohongan apa lagi yang bisa ia gunakan untuk bisa pergi dari sini?

Dengan badan gemetaran karena takut, Venus melangkah turun dari kamarnya menuju meja makan tempat di mana Ibu dan Kakak tirinya berada. Beberapa kali ia menghembuskan nafas berat. Dan, di siniah ia kini berada. Berdiri di dekat meja makan, menunggu sampai Ibu tirinya itu menoleh pada dirinya.

"Mau apa lagi kamu?" ketus Vani tanpa sedikitpun melirik pada Venus yang masih berdiri ketakutan di sampingnya.

Dengan penuh keraguan, ia pun memberanikan diri untuk bicara. "Ma, Venus mau pergi sebentar boleh ya?"

"Mau ke mana hah?"

"Venus mau keluar sebentar sama temen-temen Venus, Ma." Jawab Venus terbata.

Ibu tirinya menoleh lalu memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Awas aja kalau nanti kamu pulang telat dan pekerjaan rumah masih numpuk!"

Akhirnya setelah perjuangan meminta izin pada ibu tirinya itu berhasil, Venus pun berangkat menuju kediaman keluarga Cullen. Dengan menggunakan bus, tak butuh waktu lama ia sudah sampai di sana setelah berjalan beberapa meter dari halte tempat ia turun.

Sesampainya di sana, gadis itu terkagum-kagum melihat betapa besarnya rumah laki-laki yang ia sukai itu. Padahal ia sudah pernah melihatnya namun ia tetap saja terpukau setiap kali ia melihat rumah bak istana itu lagi.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang