Part 35 : Jadi Debu

291 55 1
                                    

#happyreading~


"The shoe that fits one person pinches another, there is no recipe for living that suits all cases."


-

-

-


Menghilangnya Venus dari sekolah, membuat seisi sekolah seakan langsung melupakannya. Ia seolah lenyap bersama kenangan pahit yang ia terima dari ibu tirinya sendiri. Bahkan berita soal dirinya yang sempat viral dulu, kini hanya tinggal debu. Usang. Tak ada lagi yang memperdulikan.

Satu tahun telah berlalu, tapi perasaan Mars masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu tahun telah berlalu, tapi perasaan Mars masih sama. Ketika semua orang bahkan sudah melupakan semua tentang Venus, ia justru masih sangat merindukan gadis periang itu. Selama setahun terakhir, kehidupan SMA-nya kembali normal. Seperti hari-hari sebelum ia mengenal Venus. Kelasnya pun terasa begitu sepi tanpa sosok ceria itu di sini. Sebelum Venus benar-benar pergi, ia dan teman-temannya sempat berusaha mencari. Namun, tidak peduli kemana mereka pergi, mereka tidak pernah menemukan gadis itu lagi. Jayvyn dan Juno pun menyarankan untuk menyudahi pencarian mereka. Mars pun akhirnya sepakat setelah melewati sedikit cekcok di antara mereka. Menurut mereka, jika Venus memang ingin menampakkan diri, ia pasti akan kembali sendiri bahkan tanpa mereka cari. Dengan sangat terpaksa, Mars pun menyetujui saran kedua sahabatnya itu.

Memasuki tahun ketiga sekolah menengah, semua siswa SMA Bina Bangsa dan di seluruh Indonesia disibukkan dengan kegiatan belajar untuk persiapan ujian. Bahkan ada yang sampai mengikuti les tambahan. Tanpa menghiraukan biaya yang cukup mahal. Para orang tua juga tengah sibuk memanjatkan doa pada yang kuasa, agar anak-anaknya mampu melewati ujian dan lulus dengan predikat luar biasa. Ritual itu selalu jadi budaya setiap tahunnya. Tapi bagi Mars, tak ada yang berbeda. Baginya ujian akhir sama saja dengan ujian biasa. Ia hanya perlu belajar sedikit lebih keras. Iya sedikit. Begitu pikirnya.

Tiba saatnya hari kelulusan, semua teman-temannya tengah berkumpul bersama orang tua mereka. Tak terkecuali Kenn. Mars sendiri masih berdiri diam di tengah keramaian. Melihat senyuman bahagia terukir di wajah teman-temannya. Juga di wajah para orang tua yang sangat bangga pada anak-anaknya. SMA Bina Bangsa merayakan kelulusan dengan cara biasa. Tak seperti sekolah kebanyakan yang mencoret-coret seragam mereka, di sana mereka lebih memilih untuk mengumpulkan seragam itu dan membagikannya pada siswa-siswa yang dianggap kurang mampu. Jadi seragam itu masih bisa digunakan lagi di kemudian hari.

Masih dengan posisinya tadi, Mars berdiri di tengah keramaian sambil memegangi map berisi hasil belajarnya selama 3 tahun bersekolah di sini. Ia satu-satunya yang berdiri di sana tanpa dampingan siapa-siapa. Jika mamanya masih sehat seperti sedia kala, pastilah dia sudah menemaninya, gumamnya dalam.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang