Mars Cullen

552 98 11
                                    



" Nothing makes a woman more beautiful than the belief that she's beautiful."— Sophia Loren

*****





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Kring~~~~

Mendengar suara alarm yang memekakkan telinga itu, Mars langsung terbangun dari tidurnya. Ia menarik kasar gorden di sampingnya, membuatnya harus memicingkan mata karena silau. Ia mengusap wajahnya gusar, sebenarnya ia masih sangat mengantuk, tetapi fakta bahwa hari ini ia harus masuk sekolah membuatnya terpaksa harus mengubur keinginannya untuk kembali tidur.

Dengan rambut berantakan dan wajah yang masih mengantuk, Mars masuk ke kamar mandi dan mulai melakukan rutinitas paginya.

-

-

Setelah selesai dengan segala persiapannya—Mars langsung turun dari lantai dua menuju ruang makan sambil menenteng ransel dan jaket kulit berwarna hitam yang selalu setia menemaninya.

Baru saja Mars hendak menyantap sarapannya, tak berapa lama kemudian Mike—ayah Mars keluar dari ruangannya dan bergabung dengan mereka.

"Kamu belajar yang rajin, jangan bikin onar lagi, hidup yang lurus-lurus aja gak usah banyak tingkah, Papa gak mau keluar masuk BK kayak orang tua lainnya!" ujar Mike tiba-tiba. Seketika itu, Mars pun langsung melepas roti yang baru saja hendak ia santap itu dan langsung mencium tangan ibunya yang saat itu duduk di sampingnya.

"Ma, Mars berangkat dulu," ujar Mars dan langsung berjalan menuju arah pintu setelah menyambar jaket dan helmnya.

Ibunya mencoba menggerak-gerakkan mulut dan tangannya.

"Gak sarapan dulu?" begitu yang bisa Mars baca dari gerak gerik ibunya.

"Udah gak nafsu ma," jawab Mars setengah berteriak. Entah Ibunya mendengar teriakannya atau tidak. Tak lama kemudian ia pun menghilang dari pintu.

Hampir setiap hari selalu begitu, Mike yang selalu memforsir Mars untuk belajar itu tak pernah bosan menceramahi putra sulungnya itu. Kalau bukan karena kesalahannya di masa lalu, mungkin Mars tidak akan membencinya seperti sekarang ini.

Tak lama setelah Mars menghilang dari balik pintu, Mark—adik Mars keluar dari kamar dan bergabung bersama ayah dan ibunya untuk sarapan.

"Abang kenapa lagi Pa?" tanya Mark sambil menyantap sepotong roti di tangannya.

"Udah kamu sarapan aja, setelah selesai sarapan bantu ibumu untuk masuk ke kamarnya," jawab Mike memotong pembicaraan.

Mark pun hanya mengangguk pasrah atas perintah ayahnya.

-

-

-

Setelah memasang jaket dan helmnya, Mars langsung melajukan motornya dengan kencang. Saking kencangnya, ia sampai hampir menabrak sebuah bus yang penumpangnya sebagian besar adalah siswi dari sekolahnya. Waktu yang ia butuhkan untuk ke sekolah tak lebih dari 15 menit. Sesampainya ia di parkiran sekolah, seperti biasa Juno dan Jayvyn—duo gesrek yang menjadi sahabat Mars itu menyambut Mars dengan pelukan hangat.

"Woy, Mas Bro pagi-pagi mukanya kusut bener," ujar Juno sambil merangkul bahu Mars yang baru saja melepas helmnya.

"Hooh, sini gw setrikain," sambung Jayvyn.

Mars yang memang terkenal dingin itu pun langsung menepis tangan kedua sahabatnya itu dari bahunya.

"Apaan si lu bedua, entar gw dikira homo lagi main peluk-peluk."

Juno dan Jayvyn pun tertawa melihat Mars yang menepis tangan mereka. Mereka bertiga memang sangat dekat, sudah sejak kecil mereka selalu bersama, ditambah lagi dengan persahabatan antara orang tua mereka yang membuat ikatan antara mereka semakin erat.

Saat mereka tengah berjalan di koridor, tiba-tiba sebuah benda besar menabrak Mars hingga ia hampir terpental.

"Eh gembul, jalan tuh pake mata gimana sih!!!" Sinis Mars pada orang yang menabraknya tadi yang ternyata adalah Venus.

Berbeda dengan reaksi Mars yang marah, sebaliknya Venus justru senang bertemu dengan Mars. Secara, ia memang menyimpan rasa pada laki-laki angkuh tersebut. Bahkan seisi sekolah sudah tahu akan hal itu.

Mendengar Mars yang memarahinya—bukannya marah balik, Venus justru tersenyum manis pada Mars. Dan hal ini semakin menyulut emosi Mars. Ia langsung berjalan angkuh meninggalkan Venus yang masih mematung karena melihat ketampanannya.

Mars kalo marah makin ganteng yaVenus

Satu tahun telah berlalu sejak Mars berhasil membuat Venus jatuh cinta padanya—tapi Venus tampaknya masih gigih mengejar Mars. Bahkan Tuhan seolah sedang mendukungnya, buktinya sekarang mereka sekelas dan untuk 2 tahun ke depan, Mars harus siap menghadapi ejekan teman-temannya karena hubungannya dengan Venus.

Awalnya Venus hanya ingin mencintai Mars dalam diam, tapi pernah suatu hari—saat ia tengah asyik mencurhatkan pasal Mars pada kedua sahabatnya, tanpa sengaja seorang siswi mendengar percakapan mereka, dan bagai bom waktu—berita itu langsung meledak kemana-mana, karena itu Venus jadi super malu dibuatnya.

Semenjak saat itu, ia tidak pernah lagi memperlihatkan perasaannya pada Mars—hanya sebatas perasaan suka yang ia tidak akan pernah berani mengutarakannya.

tbc.

A/n : Mars POV nya pendek ya ternyata, krn pndek jd gw up nya dua part sekaligus  :v

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang