Part 23 : Cokelat Valentine yang Tak Disengaja

324 63 13
                                    

*

*

*

*

*

*

*


"Perasaan tak seperti kendaraan yang bisa dikendalikan. Tak ada yang dapat mengatur atau memilih pada siapa dia akan jatuh cinta di masa depan."

Pulang sekolah yang biasanya Venus isi dengan kegiatan mencuci baju atau piring di rumahnya kini ia habiskan bersama Mars untuk berolahraga. Olahraga disiang bolong memang dipercaya lebih ampuh untuk menurunkan berat badan daripada olahraga dipagi hari.

Setelah mendapat pesan peringatan dari Mars, ia seperti biasa pergi ke tempat ia dan laki-laki itu berolahraga. Ini sudah memasuki bulan pertama sejak ia melakukan program diet, dan berangsur-angsur berat badannya mulai menurun sekalipun jika dilihat sekilas hasilnya tak akan tampak. Berat badannya sudah turun hampir 10 kg. Perjuangannya selama satu bulan ini tidaklah sia-sia. Ia bahkan rela tidak mengonsumsi makanan-makanan favoritnya. Setiap kali ia melihat sahabatnya meminum es krim atau coklat, ia selalu berusaha menahan diri agar tak tergoda. Ia tidak mau menyia-nyiakan perjuangan Mars untuk membantunya.

Sesampainya di gedung penuh sesak itu, tanpa basa-basi Mars langsung menyetel peralatan yang akan mereka gunakan. Mereka pun memulai kegiatannya seperti biasa. Satu jam berlalu dan Venus sudah merasa kelelahan. Sejujurnya ia memang belum terbiasa dengan kegiatannya ini. Tapi mau tidak mau ia harus membiasakan diri. Agar ia bisa membalaskan dendamnya seperti yang dulu Mars katakan padanya.

Terlalu lelah, Venus pun memilih beristirahat sejenak. Ia merapihkan rambutnya yang sudah berantakan sejak dimulainya olahraga tadi. Ia benar-benar terlihat kacau. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, wajahnya kusam dan badannya pegal-pegal. Dengan langkah pelan ia berjalan menuju salah satu kursi di ruangan itu dan duduk di sana sementara Mars hanya memerhatikan gerak-geriknya dari tempatnya berdiri. Ia sedikit iba melihat wajah gadis di hadapannya itu pucat pasi. Apa selama ini ia berlebihan? Apa yang ia lakukan membuat gadis itu justru merasa tidak nyaman? Ia terus berpikir keras melihat Venus yang tampak kelelahan. Ia pun melangkahkan kakinya mendekat pada gadis itu, mengambil kursi dan tasnya bersamaan lalu kembali ke tempat gadis itu berada.

Ia merogoh tasnya sembari duduk di sebuah kursi yang ia ambil tadi dan menyodorkan sesuatu pada Venus. Gadis itu tampak terkejut dan sempat membeku melihat apa yang diberikan Mars padanya.

"Lo belum makan, kan?" seruan Mars terhenti.

"Makan ini aja dulu," sambungnya dengan menyerahkan sebatang coklat pada Venus.

Dengan ragu-ragu gadis itu menerima coklat yang terbungkus pita itu dari tangan Mars.

"Gue beneran boleh makan ini? Kalau gue tambah gemuk gimana? Coklat kan kalorinya tinggi," tanya Venus pada laki-laki yang biasanya sangat memantau apa yang ia makan itu. Bahkan biasanya ia tidak boleh makan es krim tapi Mars malah memberinya coklat.

"Makan sekali gak akan bikin lo makin gemuk kok," jawab laki-laki itu santai.

Dengan rasa lapar yang sangat dan lelah yang teramat menyiksa, Venus pun memberanikan diri untuk memakan coklat pemberian Mars itu. Tapi baru ia akan membukanya, ia melihat pita yang melingkar pada coklat itu.

"Kenapa coklatnya dipakaiin pita?" gumam Venus dalam hati.

Sembari mengedikkan bahu, ia membuka bungkusan yang melindungi coklat itu dan mulai menyantapnya dengan lahap. Saat ia tengah asyik menyantap coklat pemberian laki-laki dingin itu padanya, tanpa sengaja manik matanya melihat sebuah kalender yang terpampang di tembok ruangan. Ia terkejut saat melihat tanggal hari ini yang tertera pada kalender itu.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang