Part 13 : Tentang Mars (bagian 2)

296 65 2
                                    

"Kepercayaan itu ibarat cermin. Sekalinya retak, ia tak akan bisa kembali seperti semula lagi!" – Mars



[Mars POV]


Setelah latihan basket berakhir, aku segera menyambar tas dan motorku lalu melajukannya ke suatu tempat yang memang menjadi tujuan utamaku hari ini. Dengan kecepatan tinggi motorku melesat diiringi dengan suara knalpot dan asapnya yang mengepul. Sejurus kemudian, aku sampai di salah satu kafe dan memarkirkan motorku di sana.

Aku berjalan cepat takut kalau ada yang mengikutiku dari belakang. Aku masuk ke sebuah gang yang terletak tak jauh dari kafe tempatku memarkirkan motor tadi, menyusuri jalan setapak menuju sebuah gedung tua tempat aku bertanding seperti biasa.

Sesampaiku di sana, Bryan—orang yang akan menjadi lawanku hari ini datang menghampiriku.

"Lo udah siap kan?" tanyanya meremehkan.

"Harusnya gue yang nanya begitu, lo udah siap kan kalo lo kalah nanti?" kataku balik bertanya.

Tanpa menghiraukan jawabannya, aku langsung berlalu menuju ruang ganti dan mulai mempersiapkan diri untuk pertandingan hari ini.

Aku pun berjalan menuju ring dan pertandingan pun dimulai. Tidak butuh waktu lama aku berhasil menumbangkan Bryan yang menjadi lawanku hari itu.

Pertandingan selesai dan wasit mengangkat tanganku sebagai tanda bahwa akulah pemenang pertandingan ini. Aku pun mencoba menyapu keadaan sekitar, memperhatikan wajah-wajah orang yang sedari tadi menonton pertandinganku. Tak kusangka seseorang berhasil mencuri perhatianku. Melihat itu, aku pun langsung turun dari ring dan berjalan cepat menuju tempat dimana orang itu berada.

Aku menanyakan mengapa si gembul super ceroboh ini bisa ada di tempat seperti ini. Ini bukanlah tempat yang bisa didatangi sembarang orang. Terlebih oleh seorang gadis polos sepertinya.

"Lo ngapain di sini?" tanyaku dengan intonasi meninggi. Membuatnya memasang ekspresi gugup sekaligus takut.





"Lo tadi ke sini sama siapa?" Sambungku lagi.

"....S..S...Sendiri," jawabnya terbata.

"Huft!" Aku menghembuskan nafas berat. "Lo tunggu gue di sini, jangan kemana-mana sebelum gue balik lagi!" perintahku yang langsung dibalas anggukan mantap olehnya. Aku pun berjalan masuk ke ruangan tadi dan berbicara dengan Daniel— koordinator pertandinganku tadi.

"Bagian gue langsung lo transfer aja entar, gue ada urusan mendadak." Tanpa menghiraukan balasan Daniel aku langsung menyambar tas dan jaketku, lalu berlalu meninggalkannya. Aku pun berjalan menghampiri gadis gembul yang tadi sempat kutinggalkan. Tanpa basa-basi, aku menggenggam lengannya erat dan menariknya keluar dari ruangan pengap nan sesak itu.


~~~



Setelah mengantar gadis gembul itu menuju halte, aku tidak langsung pulang. Aku memutar kemudi ke arah yang berlawanan dengan arah rumahku. Tak berapa lama kemudian, aku sampai di sebuah gedung besar tempat aku biasa berolahraga atau sekadar melepas penat. Aku pun memarkirkan motorku di dekat sebuah mobil yang tampak sangat familiar di mataku.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang