Part 24 : Ayah

267 60 0
                                    

💕

💕💕

💕💕💕

💕💕💕💕


"Jika ditanya siapa superhero favoritku sewaktu kecil, aku akan menjawab Spiderman. Tapi jika seseorang bertanya siapa superhero favoritku sekarang, aku pasti akan menjawab Ayah." – Venus


❤❤❤




[Venus POV]




Sebuah pesan masuk ke ponselku saat aku tengah merapihkan ruang kerja Ayah yang berantakan karena tak pernah dibereskan. Melirik handphoneku yang berdering, aku pun langsung membuka pesan itu setelah melihat nama sang pengirim pesan.


"Mulai bsok olahraganya di rumah gw aja. Utk seminggu ke depan gw harus jaga rumah krn bibi yg kerja di rumah gw pulang kampung, dan kebetulan ruangan di gedung tua itu mau dipakai Juno sm Jayvyn buat latihan jadi kita gk bs pakai ruangan itu lgi."


Aku terkejut setelah membaca pesan itu, karena itu adalah pesan terpanjang yang pernah Mars kirimkan padaku. Tapi aku lebih terkejut lagi karena mulai besok aku bisa mengunjungi rumahnya dengan normal, tanpa harus bersembunyi seperti sebelumnya. Dan ini berarti aku bisa melanjutkan penyelidikanku tentang Mars yang sempat tertunda.

Syukurlah hari ini aku tidak ada kegiatan, jadi aku bisa merawat Ayah. Sudah dua hari ini Ayah sakit dan tidak bisa masuk ke kantor, wajahnya pucat, badannya lemah, tapi ia tetap saja tidak mau dibawa ke rumah sakit. Katanya dia baik-baik saja. Tapi siapapun yang melihat keadaannya sekarang pasti akan langsung merasa iba. Bagaimana mungkin aku tidak pernah memperhatikannya. Ayah sudah mulai renta, tapi ia selalu memaksakan diri untuk bekerja, bahkan sampai begadang. Tidak heran jika ia sampai kelelahan seperti ini.

Aku segera mengambil sebuah handuk dan air hangat untuk kemudian kugunakan untuk mengompres badan Ayah yang terasa dingin. Ayah menggigil tapi keringat terus bercucuran dari tubuhnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Kak Vera dan Mama tidak ada di sini, sementara Vino seperti biasa sedang bersama teman-temannya entah kemana.



Tiba-tiba Ayah memegang dada kirinya sembari meringis kesakitan.



"Ayah, Ayah kenapa?" tanyaku dengan setengah berteriak.





Aku yang melihat Ayah yang tampak begitu kesakitan hingga tak bisa menjawab pertanyaanku itu pun sontak berlari mengambil ponselku dan menghubungi rumah sakit untuk mengirimkan ambulans. Tak berapa lama kemudian ambulans itu tiba di rumahku namun badan Ayah justru terlihat semakin lemah. Aku tidak yakin apa dia masih bisa melihatku dengan baik atau tidak. Petugas ambulans itu dengan sigap langsung membantuku membawa Ayah ke rumah sakit, namun belum sampai rumah sakit Ayah tiba-tiba pingsan. Aku semakin khawatir. Bahkan bulir-bulir bening di pelupuk mataku sudah mulai menetes tanpa aku sadari.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang