Part 34 : Nasib Malang

280 56 8
                                    

Kalo suka jangan lupa klik bintang ya, ga maksa kok 🖤


"No matter how hard I try, people will eventually leave. I just have to fully prepare myself for that."

💥

💥

💥

💥

Tepat jam 3 siang, setelah semua pelajaran di sekolahnya hari itu telah usai, Mars langsung melesatkan motornya menuju kediaman keluarga Helen. Ia berhenti di depan gerbang rumah Venus. Merogoh saku jaketnya, ia pun mengambil ponselnya dan langsung menghubungi gadis yang sejak tadi pagi tak bisa ia hubungi itu.

 Merogoh saku jaketnya, ia pun mengambil ponselnya dan langsung menghubungi gadis yang sejak tadi pagi tak bisa ia hubungi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Panggilannya tak juga dijawab, ia pun memilih turun dari motornya dan hendak menerobos masuk ke rumah yang terlihat sepi tanpa penghuni itu. Namun niatnya segera ia urungkan ketika ia melihat seorang wanita yang terlihat beberapa tahun lebih dewasa darinya keluar dari dalam sebuah rumah yang terletak di samping rumah Venus.

"Mbak! Mbak!" panggilnya setengah berteriak.

Ia segera menahan wanita itu hingga orang itu berhenti di hadapannya.

"Mbak tahu enggak, orang-orang di rumah ini pada kemana?" tanyanya sambil menunjuk rumah yang dimaksud. Wanita itu pun menoleh melihat rumah yang sering ia lewati itu, kemudian beralih melihat laki-laki jangkung di depannya ini.

"Tadi, pagi-pagi banget saya lihat mereka naik mobil van hitam gitu..."

"Tapi anehnya mbak Venus kelihatan dipaksa gitu buat naik ke sana. Udah gitu dia pake didandanin lagi, tadi itu pertama kalinya sih saya lihat mbak Venus dandan."

Firasat buruk menyelimuti perasaan Mars saat mendengar jawaban dari wanita itu. Tapi ia tetap berusaha tenang.

"Mbak sendiri tau enggak, kira-kira mereka kemana?"

"Nah! Kalau itu saya kurang tau, Mas."

"Ya udah, makasih ya Mbak."

Wanita itu pun meninggalkan Mars sendirian di sana. Beberapa kali ia melihat ponselnya, berharap akan ada panggilan atau pesan balasan dari Venus.

Nihil.

Tak ada notifikasi apapun di sana. Hingga ia teringat sesuatu.

"GPS?" gumamnya pada dirinya sendiri.

Dahulu, ia sempat menyetel GPS di ponsel Venus agar terhubung dengan miliknya. Hanya untuk berjaga-jaga, pikirnya saat itu. Ia tidak tahu bahwa hal itu akan sangat berguna saat ini.

"Kenapa gue baru inget sekarang?"

Membuka kunci ponselnya, segera ia mencari di mana keberadaan Venus saat ini.

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang