Part 25 : Takdir

269 55 2
                                    








"Cinta ada karena terbiasa."


__🌹🌹🌹🌹🌹__




[Mars POV]



Setelah Om James selesai mengucapkan maksudnya memanggilku, tiba-tiba suara bip panjang terdengar dari patient monitor di samping tempat tidurnya. Bersamaan dengan itu Venus masuk ke dalam ruang itu dengan paksa. Seorang dokter dan beberapa perawat di sampingnya juga masuk ke ruangan itu dengan tergesa-gesa. Mereka langsung mendorong aku dan Venus menjauh dari sana.


Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan Om James yang saat itu sudah tak sadarkan diri. Namun setelah melakukan perawatan semaksimal mungkin, nyawa Om James tetap saja tak bisa tertolong. Aku berdiri mematung melihat Om James menghembuskan napas terakhirnya. Aku benar-benar masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Om James sudah seperti ayahku sendiri, bahkan mungkin lebih. Aku belum siap untuk kehilangan dia. Sementara di sampingku berdiri seorang gadis gembul yang juga tak kalah terkejut melihat ayahnya sendiri menghembuskan napas terakhirnya di hadapannya. Badannya diam tak bergeming namun air matanya mengalir dengan derasnya dari pelupuk matanya. Ia mengusap wajahnya frustasi sementara aku hanya melihatnya sedari tadi. Dia pasti sangat terpukul.


Tanpa berkata apa-apa, aku langsung menggenggam erat tangannya. Berharap dengan begini aku bisa sedikit membuatnya tenang. Aku bukanlah orang yang ramah, aku tidak mudah bergaul dengan orang lain, dan hanya ini yang bisa kulakukan untuk membantunya. Tak ada kata manis yang bisa kuucapkan untuk membuatnya tak gelisah lagi, namun kuharap genggaman tanganku bisa mengurangi duka yang tengah menderanya.

Masih dengan tangannya yang kugenggam, aku dan Venus berdiri berdampingan menatap jasad Om James yang hendak dibawa ke rumah duka.

Beberapa teman kelas dan guru di sekolahku juga datang untuk memberikan penghormatan terakhirnya pada Om James. Bahkan Jayvyn dan Juno yang biasanya mengolok-olok Venus juga datang hari ini.


Mike dan beberapa orang-orang perusahaan juga datang dengan membawa karangan bunga untuk mengiringi kepergian Om James. Ia tampak begitu sedih melihat sahabatnya kini sudah tak bisa berdiri di sampingnya lagi.


Aku sendiri hanya bisa melihat Om James dengan tatapan kosong. Sekalipun sebenarnya hatiku tengah menjerit ingin menangis. Om James bukan ayahku, tapi dia memperhatikanku lebih dari ayahku sendiri.


Saat Kenn dan kedua tangan kanannya sampai di sana, tiba-tiba sebuah perkataan Om James di masa lalu terlintas begitu saja di pikiranku.

"Berhati-hatilah dengan mereka Mars, ingat bahwa merekalah dalang dibalik sakitnya Ibumu sekarang, mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan!"

[END] - Inner BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang