SEMBILAN

3.4K 226 60
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. Tetapi tidak membuat Dika ingin beranjak dari tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Rumah pohon. Sejak ia berumur delapan tahun, tempat favoritnya ketika ia ingin sendiri adalah rumah pohon yang sudah ia dan sahabat-sahabatnya konsep sedemikian rupa.

Dika masih setia dengan posisinya, duduk di tepi teras dengan kedua kakinya yang menggantung, sambil menatap danau yang di pinggirnya terdapat lampu taman yang menghiasi tempat itu.

Lalu ia merogoh saku celananya, ketika ia mendengar ponselnya berdering.

Deka's Calling.

"Nyet! Lo emang kayak anak setan ye, lo kemana jam segini belum pulang?" Cerocos Deka langsung ketika Dika mengangkat teleponnya.

"Aku diculik mas, hiks, hiks," ucap Dika dengan suara yang dibuat-buatnya.

"Bego banget orang yang mau nyulik lo, gak ada gunanya juga. Kirim salam dah sama yang nyulik, bilangin supaya jangan pernah ngelepas lo."

"Lah, bangke." Dika menunduk sambil terkekeh. "Besok gue pulang."

"Emang lo lagi dimana sih?"

"Di hatimu, mas. Mwah." Dika langsung mematikan sambungannya. Kemudian ia beranjak masuk ke dalam untuk mengistirahatkan tubuhnya.

***

"Perlengkapan lo udah siap semua?" tanya Davin.

"Udah," jawab Fio. Di punggungnya sudah ada tas yang berisi perlengkapan untuk turnamennya.

"Yaudah, ayo dah biar gue anter."

Davin dan Fio hanya saling terdiam ketika berada di dalam mobil. Fio terlalu berambisi bahwa ia harus menang diturnamen terakhirnya saat SMA ini.

"Santai aja kali, Fi. Gue yakin lo bakal menang." Davin berusaha menyemangati Fio.

"Tapi gue merasa gak tenang," ucap Fio.

"Kenapa?"

Fio mengedikkan bahu. Sedetik kemudian dia meraih ponselnya untuk menghubungi Bundanya.

Sudah panggilan keempat, tetapi tidak ada jawaban juga. Fio resah, ia semakin merasa bahwa sesuatu telah terjadi. Ia mencoba untuk menelepon kembali.

"Halo, Bunda." Suara Fio terdengar panik.

"Iya, Fi? Kena-" ucapan Bunda terputus dan terdengar serak. "Kenapa nak?"

"Bunda sehat 'kan, Bun?"

"Iya, Bunda sehat kok. Ini Bunda lagi sarapan, udah duluya Nak. Ohiya, kamu semangat buat turnamennya. Bunda selalu doain kamu." Setelah itu Bunda memutuskan panggilan secara sepihak.

Masih ada rasa cemas di hati Fio. Tetapi ia berusaha menghilangkannya. Kemudian ia menggeser layar ponselnya, untuk melihat beberapa notif yang masuk. Ia melihat obrolan grup chat kelasnya.

Komplek Tante-tante :

Mifta Taleetha : gue punya sulap deh.

Yoga : sulap apaan? Mau liat dong mau liat dong tanteeeee

Genta Jahrio : waaaah saya suka saya sukaaaa

Elma : saya juga mau liat tanteeee :(

Mifta Taleetha : coba kalian liat deh ke arah pintu kelas, pasti ada bidadari.

Genta : kok gue malah ngeliat kotoran amoeba ya

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang