DUA PULUH SEMBILAN

713 54 18
                                    

"Ngapain lo ke sini?"

Cowok dengan minuman dingin di tangannya menatap tak suka kepada orang yang tiba-tiba saja datang.

"Gue butuh tau kenapa Dika bisa babak belur gini," ucap Daniel.

Davin berdecih. "Kalo lo beneran mau tau kebenarannya. Lo datang ke lokasi ini sekarang." Davin menyodorkan sebuah kertas yang berisi alamat.

Daniel meraih kertas itu kemudian langsung pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Sesampainya di lokasi tujuan, Daniel tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam rumah itu. Di dalam ia langsung melihat pemandangan yang sangat mengejutkannya.

"Kara?"

Kara yang tadinya duduk dipangkuan Genta langsung turun dan membenarkan bajunya yang sudah tidak beraturan.

Genta yang melihat kedatangan Daniel hanya bersikap santai seperti tidak terjadi apapun.

"Lo berdua pacaran?" tembak Daniel langsung.

Kara gugup dan melirik ke arah Genta sekilas. "Eng-"

"Lebih tepatnya gue tunangannya Kara," potong Genta.

Daniel menatap keduanya heran. "Lo kenal Genta dari mana, Kar?"

"Gue sama Kara udah saling kenal dari kecil," potong Genta lagi dengan sedikit menggeram.

Daniel memang sudah mengenal Genta semenjak kejadian Genta menghajar adik kelas di kantin waktu itu. Dan saat itu Daniel yang disuruh untuk memanggil Genta ke ruang BK.

"Jadi disini ceritanya lo selingkuh dari Manda?"

Genta terdiam.

Daniel menggaruk pangkal hidungnya dan mengangguk paham. "Oke, gue cabut dulu, kayaknya gue salah alamat."

Sebelum Daniel melangkahkan kakinya keluar, Kara sudah lebih dulu menarik tangan Daniel. "Tunggu!"

"Kenapa, Kar?"

"Gue mau lo jangan bilang tentang hubungan gue sama Genta ke Dika, ya?" ucap Kara.

"Kenapa?"

"Gue gak mau dia ninggalin gue untuk yang kedua kalinya," lirih Kara.

"Maksud lo?"

"Cukup pas waktu Kayla masih hidup aja perhatian Dika gak ke gue lagi dan malah ninggalin gue." Kara menatap Daniel sedih dan berharap agar Daniel menuruti apa permintaannya.

"Gila lo, ya? Ya wajarlah Dika perhatian ke adeknya, terus masalahnya ke lo apa?" Daniel mengerutkan keningnya.

"Gue gak suka!" bentak Kara.

"Kara!" teriak Genta lantang.

Tangan Kara langsung gemetar mendengar teriakan dari Genta barusan. Tanpa sadar air matanya sudah menetes di pipi pucatnya.

"Jangan buat diri lo terlihat makin menyedihkan. Lo ngomong gitu bukan ke orang yang akan mihak ke elo, anjing!" bentak Genta sambil melemparkan gelas yang ada di tangannya.

Daniel semakin tak mengerti dengan kondisi saat ini. Ia hanya melihat Kara yang terlihat sangat ketakutan dengan tindakan Genta.

"Genta, lo apa-apaan sih? Dia tunangan lo," kata Daniel.

"Mending lo pergi deh," usir Genta.

Daniel menoleh ke arah Kara untuk memastikan apakah gadis itu baik-baik saja jika ia meninggalkan keduanya sekarang. "Kar, lo baik-baik aja kan?"

Kara mengangguk. "Gue harap lo turutin permintaan gue yang tadi ya?"

"Kalo untuk masalah itu gue gak bisa janji. Karena alasan lo itu gak masuk akal. Kecemburuan lo ke Kayla udah berlebihan banget, Kar," ucap Daniel.

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang