LIMABELAS

2.6K 183 33
                                    

"Gue mau bicara sebentar sama lo, kali ini gue harap lo bener-bener ngejawab pertanyaan gue dengan serius," ucap Dika setelah ia mendapat persetujuan dari Deka untuk masuk ke dalam kamar kembarannya itu.

Deka mengernyitkan alisnya bingung dengan apa yang Dika katakan. Kemudian Deka hanya mengangguk sambil menghela napas malas.

"Kenapa?" tanya Deka kemudian.

"Dua hari yang lalu gue dapat kabar kalo orang yang nyulik Kayla dulu udah keluar dari penjara. Dan gue yakin kalo lo udah tau duluan tentang ini 'kan?" Dika menatap lekat wajah kembarannya itu.

"Iya, gue tau. Malah dia juga yang udah ngejebak gue di hari pertama dia keluar dari penjara." Deka tertawa miris sambil terus memegang lengan tangannya yang terasa nyeri.

Dika mengepalkan tangannya kuat seperti sedang menahan amarahnya. "Kenapa lo malah diam aja?"

"Lo masih belum sadar juga? Lo lupa kalo dua hari yang lalu pas gue minta tolong sama lo buat datang ke gudang itu? Gue disitu lagi ngerasa sakit banget, Dik. Dan disitu juga gue mau ngejelasin semuanya sama lo, kenapa gue bisa terjebak hal yang kayak gitu lagi. Tapi apa? Lo malah langsung nyeret gue ke tempat yang paling gue benci." Terlihat Deka menarik napas dalam lalu menghembuskannya lagi untuk menahan agar ia tidak lepas kendali.

Dika mencerna setiap kata yang diucapkan oleh kembarannya. Setelah beberapa detik terdiam akhirnya Dika melangkahkan kakinya mendekat ke arah Deka.

"Gue minta maaf, Gar."

Kalimat itu sontak membuat Deka langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat Dika yang berada di hadapannya.

Nama itu. Nama yang hanya Dika dan Kayla saja yang memanggil Deka dengan sebutan 'Gar.'

Deka Anggara.

Keduanya nampak saling menampilkan seyuman tulus mereka. Mereka merindukan adik perempuannya.

"Gue berasa maho tau gak sih karena senyum-senyuman sama lo di dalam kamar," kata Deka sambil tetap menampilkan senyumannya.

Dika terkekeh pelan. Ia merasa kalau rasa takutnya untuk melihat kembarannya itu semakin terjerumus ke hal-hal yang sangat dibencinya hilang seketika.

"Gue bakal bantuin lo buat keluar dari hal-hal yang gue yakin lo sendiri juga gak mau ngerasainnya." Dika menepuk-nepuk lengan kembarannya.

"Gue kangen Kayla deh," kata Deka.

"Yaudah, ayo!" Dika berjalan ke luar kamar.

"Ke mana?" Teriak Deka yang masih berada di dalam kamarnya.

"Bunuh diri! Bego banget sih, ya datengin makamnya lah!" Dika ikut-ikutan teriak dari luar yang berhasil membuat Deka tertawa lepas mendengar penuturan dari kembarannya itu.

Sudah lama semenjak mereka pergi bersama dalam suasana yang tenang. Dika tetap fokus pada jalanan di depannya dan Deka hanya menatap ponsel yang digenggamnya dengan ekpresi yang tidak tertebak.

"Lo kenapa?" Dika melirik sekilas kembaran yang berada di sampingnya.

"Lo kenal sama yang namanya Davin gak sih?" Tanya Deka dengan wajah seriusnya.

"Bentar deh, gue masih mikir." Dika terlihat sedang berpikir keras.

Setelah beberapa menit keduanya terdiam, akhirnya Dika membuka suaranya. "Hoooo! Gak tau." Dika menampilkan cengiran khasnya kepada kembarannya itu.

"Gue kirain lo tau, anjir! Mana heboh banget lagi kayak anak TK yang dikasih gulali sama tante-tante," sahut Deka sambil menjitak pelan kepala Dika.

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang