DELAPANBELAS

2.2K 156 4
                                    

Hanya seorang gadis yang bernama Fionandya yang saat ini tidak tahu kemana dirinya akan melangkah. Apakah orang-orang di luar sana juga merasakan hal yang sama dengan Fio sekarang?

Setelah ia menemui Bundanya, hal yang tidak dinginkan sudah terjadi. Ia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Sebelumnya ia tidak pernah sekalipun memikirkan bahwa hal ini akan terjadi.

Fio menghentikan langkah kakinya. Masih dengan keadaan kepalanya yang tertunduk. Tanpa diminta, air mata Fio sudah mengalir di pipi pucatnya.

Tidak ingin berlama-lama diam mematung hanya untuk menangisi hal yang sudah terjadi, Fio kembali melangkahkan kakinya.

Fio berulang kali menghembuskan napas ketika ia kembali meneteskan air matanya. Langkah kakinya terus membawanya menyelusuri jalanan kota yang hening di tengah malam itu.

"Fio!"

Fio menghentikan langkahnya sambil menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

"Kamu ngapain tengah malam begini masih di luar?" Tanya Kara dengan senyuman di bibir pucatnya.

Dengan kerutan di dahinya, Fio menatap pakaian Kara serta tempat di mana mereka berada sekarang.

"Lo sakit?" Fio bertanya dan mengabaikan pertanyaan Kara sebelumnya.

Kara kembali tersenyum sambil menggenggam tangan Fio dengan tangan dinginnya. Kara membawa Fio duduk di dalam rumah sakit tempat ia dirawat.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku sebelumnya. Kamu ngapain di luar jam segini?" Tanya Kara sambil mengatur letak selang infusnya.

Seperti biasa, Fio hanya diam.

"Yaudah, kalo kamu belum siap cerita," kata Kara sambil tetap tersenyum.

"Lo sakit apa?"

Kara menghembuskan napas pelan. Kemudian ditatapnya Fio dengan tatapan yang tidak bisa Fio artikan.

"Aku menderita penyakit Guillain-Barre syndrome," ucap Kara.

Keduanya kembali terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Fio berdehem. "Sorry. Gue gak terlalu paham tentang ini."

"Sebenernya, ini alasan kenapa aku ninggalin kehidupan aku di Jakarta. Aku gak mau orang-orang yang aku sayang sedih karena keadaan menyedihkan aku ini." Air mata sudah memenuhi pelupuk mata Kara.

"Kar-"

"Aku benci lihat kondisi aku yang sekarang ini."

Tes!

Satu tetes air mata sudah jatuh mengenai selang infus Kara.

"Kar, gue gak maksud buat lo makin sedih gini," kata Kara sambil mendekap erat perempuan yang baru saja dikenalnya itu.

Fio berusaha menenangkan Kara yang berada dalam dekapannya. Ia sampai lupa bahwa dirinya juga sedang mengalami masalah yang bahkan dia sendiri tidak tau bagaimana cara menyelesaikannya.

"Thanks, ya." Kara melepas pelukan mereka. "Aku mau istirahat dulu," kata Kara sambil bangkit untuk berdiri.

Bruk!

"Kara!"

Fio segera membantu Kara yang tiba-tiba saja jatuh dengan posisi terduduk.

"Lo kenapa?" tanya Fio panik.

Kara tersenyum. "Enggak kenapa-kenapa, Fi. Kamu tenang aja. Aku udah sering ngalamin lumpuh tiba-tiba gini. Yaaa, ini dampak dari penyakit aku."

Dengan sekuat tenaga Kara berusaha untuk berdiri kembali. Tapi semua itu sia-sia.

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang