"Dan satu lagi, gue minta maaf banget banget banget karena gue udah suka sama lo."
Deg!
Fio menatap Dika cukup lama hingga terdengar suara kekehan Dika. "Sorry, sorry, lo gak usah terlalu mikirin apa yang gue bilang."
Cowok itu berjalan menuju kursi tua yang berada tak jauh dari mereka. Keduanya diselimuti rasa canggung. Tak lama terlihat Fio yang berjalan mengarah ke Dika.
"Maaf."
Dika segera mendongak menatap gadis yang sekarang berdiri di depannya itu. "Kenapa lo jadi ikut-ikutan minta maaf sih?" Lagi-lagi Dika terkekeh.
"Maaf karena gue juga suka sama lo." Setelah mengatakannya Fio segera berbalik badan dan hendak pergi dari sana. Tetapi tangannya segera dicekal oleh Dika.
"Serius? Lo seriusan juga suka sama gue? Alhamdulillah... tadinya gue kira cinta gue bertepuk sebelah tangan kayak di sinetron-sinetron itu."
Fio tersenyum melihat tingkah cowok yang selama ini mengisi hari-harinya.
"Biasanya kalo dua orang saling suka, mereka bakal pacaran dong?" Dika menatap ke Fio sumringah. Tetapi yang ditatap malah langsung menundukkan kepalanya.
"Fio!" panggil Dika yang berhasil membuat Fio mendongakkan kepalanya.
Fio berusaha menatap manik mata Dika dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"
"Jadian yuk!" ucap Dika langsung.
Fio diam cukup lama. Dia tak tau sekarang harus berbuat apa. Haruskah ia menerimanya? Atau justru menolak perasaan yang juga dirasakannya sekarang?
Dika mengguncang bahu Fio berusaha menyadarkan Fio dari lamunannya.
Fio kembali fokus dengan Dika yang di depannya. Kemudian gadis itu menghela napas pelan. "Dika," panggilnya.
"Iyaaa?" Terlihat sekali dari mata Dika bahwa dirinya benar-benar berharap pada Fio.
"Dari awal seharusnya kita gak pernah ketemu. Dan tentang masalah Deka, gue gak mau dia jadi makin benci sama keluarga gue." Tatapan gadis itu tampak redup seolah-olah dia juga berat untuk mengatakannya.
"Fi, gue tau posisi lo sekarang bener-bener berat, makanya gue pengen jaga lo dari orang-orang yang mau jahatin lo. Termasuk jaga lo dari kembaran gue." Dika berusaha meyakinkan Fio dengan kata-katanya.
Fio tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya, "lo udah tau semuanya?"
Anggukan dari Dika membuat Fio menghela napas lega. Tapi, untuk sekarang Fio lebih memilih logikanya untuk memutuskan semua ini.
"Gak harus pacaran, lo tetap bisa jagain gue tanpa ada ikatan sama gue. Gue gak mau suatu saat gue bakal buat lo kecewa, Dik." Fio berusaha tersenyum sambil menatap Dika.
Ingin sekali rasanya Dika memeluk Fio sekarang. Dika tau bahwa gadis di depannya itu sedang menutupi semua masalah yang ditanggungnya.
Ada sedikit rasa sakit ketika Fio mengucapkan bahwa dirinya akan mengecewakan Dika suatu saat nanti.
Dika menghela napas kemudian tersenyum. "Yaudah, yuk balik ke kelas."
"Lo baik-baik aja 'kan?"
"Gue? Ya gue selalu baik-baik aja, masa karena ditolak gue langsung mewek galau-galau mampus sih." Dika tertawa pelan sambil mengacak-acak rambut Fio.
Fio tidak marah karena perlakuan Dika yang sudah mengacak-acak rambutnya. Toh, dia bisa segera memperbaikinya.
Keduanya terlihat senang saat mereka tau dengan perasaan mereka masing-masing.
Koridor terlihat ramai karena sekarang sudah jam istirahat kedua. "Lo mau ke kantin gak?" tanya Dika.
Fio mengangguk sebagai jawaban.
Kemudian Dika menggenggam tangan Fio seolah-olah tak boleh ada yang merebut gadis itu dari Dika.
Kali ini Fio tidak mempermasalahkannya seperti biasa. Ia hanya diam dan terus menatap tangannya yang digenggam cowok itu.
"Mas Tugi! Mie ayam dua, yak," kata Dika.
"Tumben dua, Dik. Makan bareng siapa?" tanya Mas Tugi bermaksud menggoda Dika.
"Liat noh, Mas. Saya sekarang udah ada doi. Cantik 'kan? Cantik dong." Dika tertawa pelan yang disambut dengan anggukan dari Mas Tugi.
Setelah Dika mendapat pesanannya, ia kembali menyusul Fio ke mejanya. Kemudian keduanya makan dalam diam.
Hingga tak berapa lama, suasana kantin menjadi ricuh ketika terjadi baku hantam antara dua orang cowok yang sepertinya terjadi karena kesalahpahaman.
"Tontonan gratis nih," celetuk Dika sambil berdiri dan menunda makannya. Fio menatap Dika tak percaya ketika melihat respon Dika yang tak seharusnya.
"Lo bantu pisahin, itu yang berantem Genta, temen sekelas gue, Dik. Jangan malah nonton," suruh Fio.
"Temen sekelas lo? Yaudah deh, entar gue pisahin kalo udah ada yang tepar," canda Dika yang berhasil mendapat tatapan tajam dari gadis itu.
"Hehehe, iya, iya, gue ke sana dulu." Dika berjalan mendekat ke arah dua orang yang sedang berkelahi itu.
Dika berusaha membuka kerumunan orang-orang yang hanya menonton tanpa peduli untuk memisahkannya.
"MASIH BERANI LO NYARI MASALAH SAMA GUE, BANGSAT?!" teriak orang yang baru saja Dika ketahui namanya. Genta.
"GUE TADI UDAH MINTA MAAF, 'KAN?" kata orang yang menjadi lawan Genta yang merupakan siswa kelas 11.
"Sayangnya, maaf lo gak gue terima." Genta tersenyum sinis dan terus-menerus menghajar cowok yang berperawakan tinggi itu.
"Lo emang udah gila," kata cowok itu sambil membalas pukulan dari Genta. Tapi, sepertinya cowok itu tidak bisa mengalahkan Genta yang jauh lebih kuat darinya.
"Ternyata sampai sekarang kegilaan lo makin parah ya?" kata cowok itu di sela-sela rasa sakit akibat tonjokan Genta.
Mendengar kalimat itu membuat Genta semakin brutal untuk menghajar cowok itu.
"Gue kira lo bakal mati di pen-"
Bug!
Dengan sekali tonjokan, Genta berhasil menghentikan ucapan adik kelasnya itu.
Kejadian itu begitu cepat terjadi bagi Dika. Sampai-sampai ia belum sempat memisahkan keduanya.
"MINGGIR LO SEMUA!" teriak Genta yang berhasil membuka kerumunan orang-orang itu.
Dika hanya menatap kepergian Genta dan segera menolong adik kelas yang sudah tergeletak di lantai dan membawanya ke uks.
Cowok itu segera mendapat pertolongan dari anggota uks yang piket di hari itu. Sehingga Dika bisa meninggalkannya dan kembali menyusul Fio di kantin.
Tetapi Fio sudah tidak berada di kantin. Dika terus mencari Fio dan menanyakan ke beberapa siswa yang dikenalnya. Tapi, tidak ada yang melihat.
Kemudian dia menghubungi Fio dan tidak mendapat jawaban. Dika berjalan ke arah gedung olahraga. Dika benar-benar berharap bahwa gadisnya ada di sana. Dika terus mencari Fio diantara kerumunan orang-orang yang sedang berolahraga.
Sampai matanya terfokus pada Fio yang sedang mengobati luka Genta dengan kapas obat di tangannya.
***
Vote and comment-nya ya :)
Ja, matta nee~
![](https://img.wattpad.com/cover/151098446-288-k166568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKA
Teen Fiction"Kenapa gak sekalian lo buang aja tas gue?" Tanya Fio ketus. "Yeeeeh, masih mending gue balikin." Fio merampas tasnya dari tangan Dika. "Pergi!" "Kayaknya lo hobi banget ngusir orang ya?" Dika mengerutkan dahinya. "Kenapa lo sembunyiin tas gue?" Fio...