"Lo bisa pergi sekarang." Fio berjalan mengambil kotak P3K yang berada di lemari uks lalu mendudukkan dirinya di atas kasur.
"Enggak ah, gue mau di sini," kata Dika yang kemudian berjalan ke arah Fio.
"Gue gak perlu dibantuin."
"Lah siapa juga yang mau bantuin lo? Gue juga lagi sakit kali." Dika membaringkan tubuhnya di kasur yang berada di samping Fio. "Hadeh, mantep bener dah nih kasur rombeng, ckckck."
"Sakit?" Fio memutar bola matanya kemudian kembali fokus membersihkan luka di sudut bibirnya.
"Gue lagi berduka atas jatuhnya martabak kesayangan gue tadi," ucap Dika dengan wajah sedihnya.
"Gak jelas banget."
Dika menatap Fio yang masih mengobati lukanya. "Sshhh," ringis Fio ketika ia menempelkan kapas berisi alkohol.
"Sini." Dika bangkit dan mengambil alih kapas yang digenggam Fio, kemudian mengarahkannya ke wajah Fio.
Dengan hati-hati Dika membersihkan luka Fio tanpa penolakan, jarak wajah mereka kini hanya beberapa senti saja dan mereka dapat merasakan hembusan napas dari keduanya.
"Lo kenapa bisa gini sih?" Dika bertanya dengan posisi yang masih sama.
"Berantem," jawabnya sambil memperhatikan lekat wajah Dika.
"Berantem? Sama siapa?" Dika mengernyitkan alisnya.
"Gak kenal gue."
"Bego dah, lo berantem sama orang yang gak lo kenal? Mabok lo?"
"Gue cuma nolongin temen sekelas gue."
"Siapa emang?"
"Genta."
"Hooooo ... gak kenal, hehe." Dika nyengir kemudian memundurkan wajahnya setelah ia selesai mengobati luka Fio.
"Makasih." Fio berkata datar kemudian berjalan keluar uks meninggalkan Dika yang melongo melihat kepergian Fio.
"Tenang, Dik. Orang yang sabar itu selalu ganteng," ucap Dika berusaha menyenangkan dirinya sendiri sembari mengusap-usap dadanya.
***
Saat ini Fio sedang mendengarkan musik melalui earphone dengan kepala yang ia tidurkan diatas lipatan tangannya yang ia letakkan di atas meja.
"Fi? Fio!" Genta mengguncang bahu Fio yang membuat Fio mendongakkan kepala dengan kening berkerut.
"Gue cuma mau bilang makasih," ucapnya tulus.
"Hm."
Flashback on.
Dengan santai Fio mengendarai motor menuju sekolah pukul setengah tujuh pagi. Lalu ia melihat tiga orang cowok yang menggunakan baju sekolah yang berbeda dengannya tengah menghajar seseorang yang berseragam serupa dengannya.
Fio turun dari motor kemudian tanpa alat apapun, ia melayangkan tinjuannya kepada tiga orang itu secara bergantian, tapi bukan berarti Fio bisa langsung mengalahkan ketiga orang tersebut, ia mendapat satu tonjokkan tepat disudut bibirnya yang berhasil mengeluarkan darah walaupun sedikit.
Genta melihat dimana Fio berhasil mengalahkan ketiga orang yang menghajarnya tadi, sedangkan ia sudah bersender di bawah pohon yang terletak di pinggir jalan yang belum ramai di lewati pengendara sambil meringis kesakitan.
Fio sempat melirik ke arah Genta, tetapi ia hanya melewati Genta begitu saja kemudian berjalan kearah motornya dan segera melajukan kendaraan roda dua itu dengan kecepatan diatas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKA
Teen Fiction"Kenapa gak sekalian lo buang aja tas gue?" Tanya Fio ketus. "Yeeeeh, masih mending gue balikin." Fio merampas tasnya dari tangan Dika. "Pergi!" "Kayaknya lo hobi banget ngusir orang ya?" Dika mengerutkan dahinya. "Kenapa lo sembunyiin tas gue?" Fio...