"Mau ke mana lo?" tanya Daniel begitu melihat Dika bangkit dari duduknya.
"Nyokap gue nyuruh gue pulang," jawab Dika.
Daniel segera melirik Fathan sekilas dan Fathan memberi isyarat kepada Daniel. Tak lama Daniel berdehem, "biar gue anterin."
"Enggak. Gue naik taksi aja." Dika keluar dari rumah Daniel dan berjalan lemas sambil mencari taksi.
Dika terus berjalan sambil menunduk dan berulang kali menghela napas. Sudah hampir dua minggu Fio tak kunjung sadarkan diri dari komanya. Setiap hari dia selalu bertanya apa yang salah sampai kekasihnya bisa tertidur selama itu.
Tanpa sadar air mata mengalir pelan di pipinya. Dan dengan segera ia hapus tanpa membiarkan orang lain melihatnya.
"Dika?!"
Tak ada sahutan ada si empunya nama.
"Dika! Ih kamu melamun ya?" ulang Kara.
Mobil Kara sudah melaju sejajar di sampingnya. "Kara?"
***
"Makan dulu, nanti kamu bisa sakit karena belum makan dari pagi," ucap Kara untuk kesekian kalinya.Dika menatap Kara yang berada di hadapannya sekilas sambil menghela napas.
"Yaudah sini aku suapin." Kara menyodorkan sesendok makanan ke arah Dika dan langsung saja ditepis Dika kuat.
Kara terperanjat kaget. Ia tak menyangka bahwa Dika akan melakukan itu padanya.
Cowok itu merasa tak bersalah dan malah pergi meninggalkan Kara sendirian di dalam kafe.
Dika berjalan sambil mencari taksi agar ia bisa pulang.
"Dika!"
Shit!
"Apalagi sih Ka-?" kata Dika memelas sambil menoleh ke belakang.
"Manda? Lo ngapain di sini?" Raut wajah Dika seketika berubah kaget.
Manda tertawa melihat ekspresi Dika. "Muka lo kondisiin dong, mana gaya lo kek gembel, baju lo kusut, gak diurus bini lo?" Ledek Manda yang merupakan teman sekelas Dika.
Dika hanya menunjukkan ekspresi datarnya. Dan membuat Manda langsung berdehem. "Gue lagi nunggu Genta, cowok gue."
"Lo punya cowok? Ada yang mau sama lo?" Dika balik meledek Manda.
"Nyari mati lo ya?!" ucap Manda yang sudah berdiri tepat di depan Dika.
Dika terkekeh pelan. "Jadi lo pacaran sama si Genta Genta itu? Pantes gue pernah liat lo berduaan sama dia di gerbang sekolah waktu itu," kata Dika.
"Lo kenal sama Genta?" tanya Manda.
"Fio pernah beberapa kali cerita tentang Genta. Mereka 'kan juga sekelas," terang Dika.
Gadis itu hanya ber-oh ria sambil mengangguk beberapa kali.
"Genta!" panggil Manda saat ia melihat cowoknya baru saja keluar dari mobil.
Genta segera berjalan menghampiri Manda dan Dika. "Kamu kenapa gak nunggu di dalam kafe aja?"
"Gak pa-pa sih sekalian ngobrol sama temen juga," kata Manda sambil menunjuk Dika sekilas.
Dika hanya tersenyum kikuk. "Gue cabut dulu deh. Have fun!" Dika langsung berjalan sambil melambaikan tangannya.
"Eh! Kok lo main langsung cabut sih? Sekalian ikut kita makan aja," ajak Genta tiba-tiba dan berhasil membuat Manda memelototkan matanya.
Dika segera menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya kembali. "Ha. Ha. Ha. Enggak deh, makasih. Gue baru aja makan tadi." tolaknya tak enak.
"Yailah gak pa-pa sekalian ngobrol juga. Lo pacarnya Fio 'kan? Gue temen sekelasnya Fio makanya gue tau gosip tentang lo berdua." Genta segera meletakkan tangannya di bahu Dika dan mengajak Dika ke dalam kafe layaknya teman lama yang sudah lama tak bertemu.
Manda hanya menatap keduanya heran dan berjalan masuk ke kafe.
***
"Vin! Gue laper deh. Cari makanan ke kantin rs yuk?" ajak Keenan.
Davin yang sedang bermain game online hanya menghelas napas karena sedaritadi Keenan tak berhenti mengoceh. "Beli sendiri. Gue mager."
Keenan ikut-ikutan menghela napas. "Si Fio lama banget dah bangunnya, gue aja udah bosen nungguin dia bangun gini, dia kok gak bosen juga sih tidur mulu."
Tanpa sadar Davin menghentikan gerakan tangannya yang sedang bermain game itu. Ia fokus pada apa yang diucapkan Keenan barusan.
Kemudian Davin tersadar dari lamunannya dan kembali melanjutkan game yang sempat terhenti tadi.
"Yaudah gue ke kantin rs dulu. Laper banget gue. Lo mau nitip gak?" tawar Keenan.
Davin hanya menggeleng pelan.
"Oke!" Keenan berjalan keluar ruang inap Fio.
Davin melirik sekilas untuk memastikan apakah Keenan sudah benar-benar keluar dari ruangan. Kemudian ia menghela napas kuat dan menyenderkan punggungnya ke kursi empuk yang ada di ruangan itu. Tanpa sadar air matanya sudah mengalir pelan di pipinya.
Drt. Drt.
Davin mengalihkan pandangannya ke ponsel yang berada di genggamannya. "Halo?"
"....."
Davin tampak kaget dan segera keluar dari rumah sakit itu secepat kilat.
"Lokasi lo di mana?" desis Davin sambil menyetir mobil.
"...."
"Lokasi lo di mana, anjing!" tegas Davin.
Setelah mendapat jawaban dari si penelepon, Davin segera menancap gas mobilnya.
Tak butuh waktu lama Davin sudah tiba di lokasi tersebut. Ia segera turun dan masuk ke dalam gudang yang ia yakini tempat orang-orang itu berada.
Sesampainya di gudang, ia melihat Dika yang sudah terkulai lemas dengan luka di sekujur tubuhnya dan juga tangan yang terikat kuat.
Davin berlari ke arah Dika dan segera membuka ikatan tangannya. Rahang Davin mengeras seperti mengisyaratkan bahwa ia benar-benar sedang dikuasi oleh emosinya.
Davin segera membawa Dika ke rumah sakit. "Bangsat!" teriak Davin kencang sambil menancap gas mobilnya.
Dika yang sudah terkulai lemas hanya bisa pasrah. "Lo kenapa bisa tau gue ada di sana?"
"Diem lo! Gausah banyak nanya!" Davin mengusap wajahnya gusar.
***
"Sumpah. Gue gak ngerti lagi. Ini pasangan kekasih ibarat Romeo and Juliet kali ya, sama-sama terkulai lemah dan seka-" ucapan Fathan seketika terhenti ketika Gerry memukul punggungnya kuat.
"Mulut lo tuh dijaga," kata Daniel menyahuti.
Dika sekarang sedang tertidur setelah diberi obat pereda sakit.
"Ya lagian harus banget gitu dua-duanya di rumah sakit gini?" tambahnya lagi.
"Ck! Harusnya lo mikir kenapa Dika bisa kek gini sekarang!" ucap Gerry dengan kening mengkerut.
Ketiga cowok itu kemudian diam.
"Gue mau ketemu sama si Davin dulu," kata Daniel sambil bangkit dari duduknya.
"Gue juga ik-"
"Gak! Entar lo ngerusuh!" tolak Daniel cepat ketika Fathan sudah ikut berdiri untuk mengikutinya.
"Di sini aja sama gue jagain si Dika, entar kalo dia mati tiba-tiba gak ada yang jaga 'kan ribet."
***
Bener2 aku minta maap bgt krn baru bisa update :"""""""
Abis ini insyaallah aku bakal rajin update dan namatin Dika ya hehe.
Ja, matta ne~
Kalo udah 50 vote dan 10 komen baru langsung cuss update ya gais wwww

KAMU SEDANG MEMBACA
DIKA
Novela Juvenil"Kenapa gak sekalian lo buang aja tas gue?" Tanya Fio ketus. "Yeeeeh, masih mending gue balikin." Fio merampas tasnya dari tangan Dika. "Pergi!" "Kayaknya lo hobi banget ngusir orang ya?" Dika mengerutkan dahinya. "Kenapa lo sembunyiin tas gue?" Fio...