TIGA PULUH

236 27 2
                                    

Hari ini tepat pukul 06.07 Fio sadar dari komanya. Ruangan yang identik dengan bau obat-obatan langsung masuk ke indra penciuman gadis yang masih terbaring lemah di atas brankar itu.

Matanya menelurusi setiap sudut ruangan dengan nuansa putih dan tak menemukan siapapun di dalamnya.

Gadis itu hanya mampu menghela napas dan berusaha mengingat apa saja yang terjadi pada dirinya sebelum ini.

Dika.

Hanya itu yang masuk ke dalam pikirannya sekarang. Dimana lelaki itu?

Fio berusaha menegakkan badan dan mencari keberadaan ponselnya. Tetapi hasilnya nihil.

Suara pintu terbuka langsung menyita perhatian Fio dan menampilkan wajah gusar dari sepupunya. Davin.

"Fio," kata Davin yang tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.

"Asli, ini lo udah sadar, Fi?" katanya lagi.

Davin melangkahkan kakinya cepat menuju ke arah Fio dan memegang pundak gadis itu dengan mulut terbuka lebar.

"Jangan konyol deh muka lo." Itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Fio kepada Davin.

Tanpa sadar Davin memeluk erat Fio seolah-olah menyampaikan bahwa ia sangat merindukan sepupunya itu.

Tidak. Ini bukan semata-mata tingkah berlebihan Davin.

Kali ini berbeda.

Davin benar-benar takut jika Fio tidak juga sadarkan diri dari komanya.

"Vin... lepasin. Gua sesek," kata Fio sambil mendorong dada Davin.

"Oke, gue panggil dokter dulu, ya?" Davin melangkahkan kakinya keluar dan langsung memanggil dokter untuk segera memeriksa Fio.

***

Setelah mendengar kabar bahwa Fio sudah sadarkan diri. Kini ruang inap Fio telah diisi oleh manusia-manusia yang menurutnya sangat mengganggu.

"Akhirnya Juliet kembali juga, cuy," kata Fathan sambil menepuk pelan pundak Gerry yang berada disampingnya.

"Juliet, Juliet, pala lo!" pungkas Gerry sambil tertawa pelan.

"Eh, Fi! Nih gue bawain madu kesukaan lo." Mifta menyodorkan sebotol madu berukuran kecil kepada Fio.

"Thanks, Mif." Fio menerimanya dengan senang hati dan langsung membuka tutup bagian atasnya.

Dika?

"Dika mana?" Akhirnya Fio membuka suara untuk menanyakan keberadaan kekasihnya itu.

Hening.

Tak ada seorangpun yang berani menjawab. Fathan, Gerry, Daniel, Davin, Keenan, dan Mifta yang berada di ruangan itu hanya saling lempar pandangan.

Flashback on.

"Gue minta ke kalian jangan ada yang bilang ke Fio tentang keadaan Dika yang sekarang, ya? Lo semua pada taukan keadaan Fio setelah dia koma?" kata Davin.

"Ya menurut gue daripada entar Fio tau sendiri tentang keadaan Dika malah lebih parah lagi, Vin," jawab Keenan yang langsung mendapat anggukan dari yang lainnya.

"Emang kenapa kalo Fio tau?" todong Fathan.

Davin langsung mendelik tajam. "Lo semua gak ada yang tau tentang keadaan Fio yang sebenarnya."

"Jadi, lo tau? Dan lo sok-sokan mau jadi pahlawan dan nutupin tentang keadaan Fio ke kita?" Mifta angkat bicara.

"Lo semua cuma orang lain yang gak ada urusannya ke keluarga gue sama Fio."

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang