TIGA PULUH SATU

279 28 3
                                    

"Gue bakal ngasih tau Dika tentang Kara dan Genta yang sebenarnya," ucap Davin final.

"Lo gak perlu lakuin itu, gue yang bakal urus sahabat gue."

"Gue gak mau Fio terlibat lebih jauh lagi sama masalah ini. Fio sakit." suara Davin meninggi.

"Gue tau. Kasih gue waktu buat ngasih tau ini ke Dika. Kondisi Dika juga lagi gak baik. Gue gak mau Dika lepas kendali pas dia tau semuanya." kata Daniel.

"Jangan sampe mereka berhasil lolos untuk yang kedua kalinya dari tangan lo semua." desis Davin meninggalkan Daniel.

"Lo gak sadar? Kalo lo jadi orang yang harusnya juga bertanggung jawab atas kematian Kayla?" tuding Daniel sebelum Davin benar-benar pergi.

"Muak gue. Muak gue terus-terusan jadi kambing hitam atas kematian adik sahabat lo." kata Davin dingin.

"Lo juga salah satu dari mereka kan?" Daniel mengintimidasi.

"Gue bakal buktiin kalo gue gak ada sangkut pautnya sama masalah ini." Davin pergi tanpa berkata lebih lagi.

***

"Ger, gue mau duduk deh."

"Saoloh, yaudah tinggal duduk doang susah amat." Gerry mendumel tetapi dirinya tetap berjalan ke arah Dika.

Semenjak Dika di rawat di rumah sakit, dirinya sudah mengetahui bahwa Fio sudah sadarkan diri.

Dika juga sudah mengetahui kondisi Fio yang sekarang. Dan dia memilih untuk hadir di hadapan Fio dengan kondisi sehat agar Fio tidak merasa curiga.

"Ya bantu kek. Tangan gue kan masih sakit, ege!" balas Dika tak mau kalah.

"Manja banget lo. Laki tuh harus kuat." omel Gerry sambil membantu Dika untuk duduk dari posisi tidurnya.

Dika langsung memasang wajah sedihnya. "Gue gak berdaya tanpa ayank Fio di samping gue."

"Duh. Kalo gue gampar orang yang lagi sakit dosa tidak ya?"

Yang disindir hanya menampilkan cengiran khasnya. "Thanks, bro!"

"Ngemeng-ngemeng yang lain pada kemana dah? Sunyi amat nih ruangan." tanya Dika.

"Tadi Daniel lagi ada urusan sama Davin, terus si Fathan lagi kerja kelompok katanya," jelas Gerry.

Sedetik kemudian tawa Dika pecah dan seolah paham, Gerry juga ikut tertawa. "Temen lo kesambet apaan kerja kelompok, Ger?"

"Gak tau dah gue, eh tapi, kayaknya Fathan lagi naksir cewek temen sekelompoknya gitu makanya dia semangat banget mau ngerjainnya." kata Gerry masih dengan tawanya.

Dika ber-oh ria dan meredakan tawanya. "Davin sama Daniel pada ngomongin apaan?"

Gerry hanya mengedikkan bahu sebagai tanda bahwa ia juga tak tau mengenai apa yang menjadi urusan kedua orang itu.

"Ger, gue pengen ngomong sama Fio deh. Hp gue mana?" tanya Dika sambil membuka laci nakas yang ada di sampingnya.

"Gue jual."

"Etdah seriusan."

"Ya mana gue tau hp lo di maneee, Malih. Lo di bawa ke rs juga gue belum ada nemu hp lo," jelas Gerry.

Dika kembali mengingat kejadian sebelum dirinya dibawa ke rumah sakit. Bisa saja ponselnya jatuh di rumah yang membuat dirinya babak belur seperti ini.

Genta.

Lelaki itu yang sudah menghajar Dika tak karuan dan berakhir dengan Dika yang hampir tak sadarkan diri.

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang