DUA PULUH TUJUH

2.3K 149 22
                                    

"Dik, kaki lo bauuu..." keluh Fio sambil menyingkirkan kaki Dika yang berada di atas pahanya.

Dengan tatapan kecewa, Dika menurunkan kakinya ke lantai dan menatap pacarnya yang sudah genap 2 bulan itu.

"Kaki gue yang super duper wangi kembang ini lo bilang bau?"

"Iya. Kaki lo mau di kasih perawatan ekstra juga bakalan bau," cetus Fio.

"Dih, komen aja lo kayak netizen." Dika berjalan ke dapur rumah Fio. Rumah Fio yang memang tidak ada penghuninya kecuali mereka berdua.

"Isi kulkas lo kosong nih, miskin amat, Jaenab!" teriak Dika dari arah dapur yang berhasil membuat Fio naik darah.

"Gue timpuk lo ya!"

Dika berjalan ke arah Fio sambil terkekeh pelan. "Ke minimarket yuu?"

"Gak. Males."

"Ayo laaaaah," rengek Dika sambil menarik-narik kaki Fio.

"Gue males, Dik. Lo aja sana, deket juga," ucap Fio.

"Temenin gue kek, masa gue pergi sendirian. Entar gue diculik gimanaaa?"

Fio memutar bola mata malas dan mulai sibuk dengan film yang tayang di televisi.

"Sayang!" panggil Dika geram.

"Yaudah, iya." Fio bangkit dari duduknya disusul Dika.

"Nah gitu dong, hehe."

"Naik sepeda aja ya?" tanya Dika.

Dika mendapat anggukan dari pacarnya itu. Sepeda yang sudah lama tidak Fio gunakan akhirnya untuk pertama kalinya kembali Fio gunakan bersama Dika.

"Ayo naik!" ajaknya.

Gadis dengan sweater putih itu berhasil naik tanpa ada kesulitan di boncengan belakang sepeda dengan posisi berdiri memegang pundak Dika.

Udara yang sejuk membuat keduanya diam sejenak.

Fio mulai merentangkan tangan dan melepas pegangannya dari pundak Dika. Berulang kali gadis itu menarik napas dalam dan membuangnya perlahan. Dan kemudian tersenyum.

"Lo pegangan bego! Entar jatoh 'kan gue juga yang susah." Suara itu membuat Fio refleks memegang pundak sang pacar.

"Ya biasa aja dong bilangnya!" ucap Fio sambil menjitak kepala Dika pelan.

"Yaudah iya, maaf," balasnya pelan.

Fio tertawa pelan. "Dik!" panggilnya.

"Kenapa?"

"Minimarketnya kelewatan, bego!"

Dika memberhentikan sepedanya sambil mendecak kesal. "Kok lo gak bilang daritadi sih?"

"Ya itu baru aja kelewatan," jawabnya tak kalah kesal.

"Gue cium juga lo lama-lama!" ucap Dika santai.

"Belum pernah ngerasain ditimpuk kuali lo ya?!"

Dika kembali mengayuh sepeda ke arah minimarket itu. "Lo aja yang masuk ya? Gue mau duduk di situ aja," kata Fio sambil menunjuk ke arah salah satu bangku panjang di depan minimarket.

Dika mengangguk. "Lo nitip madu gak?"

"Iya, yang botol kecil aja."

Dika mengacungkan jempolnya dan segera masuk ke dalam minimarket.

Hanya memakan waktu sepuluh menit, Dika sudah keluar membawa belanjaan yang baru saja dibelinya.

"Banyak amat belanjaan lo. Mau hajatan?" ledek Fio.

DIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang