26 - That Has Long Been Lost

1.3K 205 66
                                        

Original Story © Keyralaws


Chapter 26
[That has long been lost]

Chapter 26[That has long been lost]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dara tidak pernah pulang dengan keadaan dimana hatinya sakit, lalu sesak, dan kepalanya mau pecah. Tidak pernah lagi semenjak ia masuk SMA. Terakhir kali, itu adalah di hari perpisahan SMP nya. Masa SMP yang paling di benci Dara. Lalu setelah sekian lama tidak pernah merasakannya, Dara akhirnya pulang dalam keadaan itu ke rumah.

Dari pertama membuka pintu rumahnya, Dara sudah merasakan berat di seluruh pundaknya dan ia hanya butuh tidur, sebuah harapan agar besok akan hilang dari pundaknya setelah ia bangun. Tapi semua rencana itu lenyap ketika ibunya sudah duduk manis di atas sofa. Seorang ibu yang tidak pernah di cintai ayahnya, seorang ibu yang akhirnya memilih untuk pergi karena katanya, cinta yang tidak di lihat itu sama sekali tidak ada artinya.

Mengingat cinta, Dara meringis, satu hantaman besar menumbuk hatinya yang tengah sesak sampai semakin terhimpit. Bagi Dara, ibunya terlalu egois, dan ayahnya pun sama. Mereka hanya dua orang egois yang kebetulan di pertemukan dalam satu ikatan pernikahan yang entah atas dasar apa. Dan Dara adalah hasil dari sebuah keegoisan, Dara sudah cukup paham akan hal itu.

Jika ibunya bilang, cinta yang tidak di lihat itu tidak ada artinya, berarti ibunya mencintai ayahnya, yang ayahnya mungkin tidak mencintai ibunya. Tapi Dara juga memiliki cinta yang bisa ia berikan kepada ibunya jika ibunya mau. Dara bisa membuat keduanya berubah menjadi orang yang saling mencintai jika mereka ingin. Tapi tidak. Dara sudah katakan bahwa mereka terlalu egois. Sangat egois.

“Kau baru pulang? Ibu senang karena semenjak kau SMA, kau tidak pernah bermasalah lagi.” Dara menghentikan langkahnya ketika suara ibunya menyahut dan memecahkan keheningan di dalam ruangan itu. Tapi bukan itu yang Dara mau. Dari nada suara ibunya, Dara tau ibunya mengejek, setengah lega karena tidak perlu berurusan dengan yang namanya Dara lagi.

“Ya, lebih baik tanpa ibu.” ucap Dara tanpa banyak berkata dan melanjutkan langkahnya. Ia hanya tidak butuh omongan ibunya sedangkan kepalanya sudah terlalu sakit, “Kau hidup dengan baik di bawah keegoisan ayahmu ternyata.”

Dara menghela nafas panjang dan masih belum berniat berbalik ke arah ibunya. Dara hanya takut ketika ia menoleh, ia akan menangis lagi karena wajah ibunya mengatakan segalanya, segala rasa sakit Dara selama ini. “Ayah dan ibu sama. Aku lelah, jadi ibu boleh menunggu ayah jika ibu mau.”

“Ibu tidak sedang menunggu ayahmu. Kau tahu jelas ibu ingin bertemu denganmu.” tapi sesungguhnya Dara yang menghindari itu semua. Dara tidak mau mengulang masa yang sama karena pada akhirnya juga sama, tidak ada yg berubah sama sekali. Dan Dara sudah cukup lemah untuk merasakan nya, sekali lagi.

FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang