Part 5

1.5K 81 5
                                    

Kling! Kling!

Alarm dari handphone Youra berbunyi tepat pukul enam pagi. Youra yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung mengambil handphonenya dan langsung mematikan alarm itu. Youra memang bangun lebih pagi dari pada waktu alarmnya karena memang sejak kejadian tadi malam dia kesulitan untuk tidur.

Setelah selesai bersiap, Youra melirik jam di layar handphonenya, pukul 7 pagi, kelas dimulai 2 jam lagi. Youra berusaha mengabaikan semua pikirannya tentang makhluk itu. Dia segera mandi dan mempersiapkan beberapa buku yang harus dibawanya. Setelah siap, Youra langsung menuju ruang makan untuk sarapan dengan mamanya.

"Kau siap dengan hari ini? Dengan mata barumu itu?" tanya mama sambil membawa semangkuk sup.

Youra menghela nafas lalu mengangguk kecil. Dia lalu duduk di bangku nya dan memakan supnya. Mama hanya tersenyum kecil dan ikut makan.

Selesai makan, Youra segera berpamitan dengan mamanya. Dia melirik ke jam dinding dan mendapati jarum jam menunjuk pukul 08.45. Youra segera berlari ke luar dan mencari taksi. Setelah mendapat taksi, dia melambai ke mamanya dan masuk ke dalam taksi. Setelah menyebut nama kampusnya, taksi langsung berangkat meninggalkan rumahnya.

Di perjalanan, Youra mengatur nafasnya dan mengendalikan ketakutannya. Pikirannya masih terus memikirkan tentang makhluk tadi malam. Dia pasti akan datang, begitulah pikir Youra. Dia memutuskan untuk melihat keluar jendela untuk menenangkan pikirannya dengan pemandangan di sepanjang jalan.

Sebentar-sebentar Youra menghela nafasnya kasar. Dia memang bukan orang yang mabukan, tapi dia tidak terlalu suka dengan bau mobil. Youra pun memutuskan untuk membuka jendela taksi.

Nafasnya tercekat ketika dia melihat sedikit asap hitam yang terbang mengikuti taksi yang ditumpanginya. Dia menutup kembali jendela itu. Ketika kaca jendela sudah menutup sepenuhnya, asap itu hilang dari sana. Ketika dia membuka jendela lagi, asap itu kembali muncul. Youra pun membuka dan menutup jendela itu berulang-ulang hingga ditegur oleh si sopir.

"Maaf, jendelanya jangan buat mainan."

Youra hanya mengangguk kecil sambil menatap sopir itu dari cermin yang tergantung di depan. Youra melirik ke luar jendela, asap itu masih di sana, mengikutinya. Youra yang semakin tidak tahan dengan bau mobil, dengan terpaksa membuka jendela itu dan membiarkannya. Matanya menatap fokus ke depan sambil berdoa supaya asap itu pergi.

Dia menunggu sesaat lalu kembali melirik ke asap itu. Masih di sana.

Kenapa ga pergi pergi, sih, pikir Youra. Dia memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya. Dengan perasaan sedikit geram dan sedikit takut, dia sedikit membuka matanya dan melirik ke luar jendela. Asap itu tidak pergi juga.

Tiba-tiba dari asap itu keluar sebuah tangan yang sudah hancur seperti terbakar. Tangan itu melesat cepat menuju Youra. Youra yang terkejut setengah mati merasa dicekik oleh tangan itu hingga tak sempat menutup jendelanya kembali. Youra meronta di kursi belakang hingga membuat si sopir menghentikan taksi nya. Youra terus meronta sambil memegangi lehernya. Cekikan itu dirasa semakin kencang.

"Ya tuhan," si sopir berusaha membantu Youra. Dia ikut memegangi leher Youra dan merasakan hawa dingin di sana. Si sopir sedikit menekan syaraf yang ada di leher Youra. Perlahan cekikan itu melemah, Youra mulai mengatur nafasnya dengan sedikit terbatuk.

"Kamu ga papa?" tanya si sopir.

Youra menggeleng kecil sambil mengusap lehernya yang sedikit nyeri.

"Kalo perlu, kamu bisa duduk di depan," kata si sopir lalu menghidupkan mesin mobil kembali.

Mungkin sebaiknya aku memang harus duduk di depan, pikir Youra lalu bergegas menuju kursi depan di sampir sopir. Setelah menutup pintu, si sopir melanjutkan perjalanan menuju kampus tempat Youra belajar.

===

Sampai di kampus, Youra langsung menuju ke kelasnya karna lima menit lagi dimulai. Tentu saja setelah dia membayar ongkos kepada sopir. Di pikirannya masih terbayang tangan itu dan bagaimana si sopir menyembuhkannya. Pikirannya penuh pertanyaan sekarang.

Sampai di kelas, Youra segera menempati bangku yang kosong. Bangku itu berada di depan bangku yang diduduki teman dekatnya, Park Ara.

"Selamat pagi, Ra," sapa Ara dengan senyum yang mengembang sangat lebar.

"Selamat pagi juga, Ra," balas Youra. Mereka terkekeh mendengar panggilan mereka yang sama. Itu memang ciri khas mereka sebagai teman dekat, sangat dekat malah.

"Kau tau, setiap hari aku berdoa untuk kesembuhanmu, aku sangat khawatir padamu, saat ku dengar kau sudah sembuh dan akan kembali masuk kuliah aku sangat senang," kata Ara sambil berjalan menuju Youra dan memeluknya, "Aku rindu tertawa dengan mu dan tingkah konyolmu," lanjutnya sambil melepas pelukannya dan menatap Youra.

Youra sedikit tertawa, "Memangnya aku konyol?"

"Iya lah, kamu ga ingat waktu kamu tengah asik dengan handphonemu hingga kamu salah menggandeng orang yang kau kira adalah aku?" tanya Ara.

Wajah Youra memerah, "Astaga, aku malu sekali saat itu, aku hampir melupakan kejadian itu," kata Youra.

Ara tertawa sekilas, lalu melihat mata Youra tajam, "Matamu beda ya sekarang, agak aneh sih, tapi indah," kata Ara.

Youra tersenyum, "Terima kasih."

Tak lama kemudian, seorang dosen memasuki kelas dan memulai pelajaran.

===

Kelas sudah berakhir, akan tetapi Youra dan Ara memutuskan untuk mampir ke cafe kampus sambil melepas rindu.

"Eh, Ra, dulu kamu pernah cerita tentang makhluk-makhkuk astral, kan?" tanya Youra di tengah-tengah perbincangan.

Ara yang tengah meminum cappucinonya langsung menatap Youra heran, "Pernah, emang kenapa? Tumben kamu tanya begitu, kamu kan paling ga percaya sama begituan," balas Ara sambil meletakkan gelasnya.

"Um... Kamu tau mereka seperti apa?" tanya Youra lagi, tak menanggapi buntut perkataan Ara.

"Katanya kan, hantu hantu yang ada di sini itu arwah yang belum menyelesaikan urusannya di dunia, trus katanya juga arwah yang belum menyelesaikan urusannya akan berwujud makhluk yang menyeramkan, tapi setelah urusannya selesai arwah itu akan berwujud seperti wujudnya waktu masih hidup," jelas Ara.

"Kamu tau semua itu dari siapa?" tanya Youra lagi.

"Dari temenku, banyak banget yang bilang begitu," jawab Ara, "Hei, kau ini kesambet apaan? Jangan-jangan kamu bukan Youra," lanjut Ara sedikit meninggikan suaranya.

"Ih, apaan sih," kata Youra sambil menepuk lengan Ara.

Ara tertawa, "Bercanda, soalnya ini kayak bukan kamu, biasanya kamu ga peduli sama hal-hal begituan," Ara menopang dagu nya.

"Um... Kau ingin tau alasannya, ya? Benar-benar ingin tau?" tanya Youra.

"Ya iyalah, habisnya kamu agak berubah sejak kecelakaan," kata Ara.

"Kau taukan kecelakaan itu merenggut nyawa papaku dan merusak kedua mataku," kata Youra lalu menjeda kalimatnya. Ara mengangguk.

"Ada seorang wanita tua yang mau mendonorkan mata untukku, mata itu milik putranya yang meninggal karna sakit, mata itu yang aku pakai sekarang," Youra menarik nafas, "Aku mengalami kejadian aneh setelah menggunakan mata ini, lalu aku dan mamaku mencari tau tentang keluarga wanita itu, ternyata, wanita itu seperti paranormal."

"Wah, benarkah? Lalu bagaimana?" tanya Ara penasaran.

"Aku dapat melihat putranya yang sudah mati di rumah itu," balas Youra.

Ara terbelalak, "Hah?! Maksudmu?"

Youra tersenyum.

"Aku bisa melihat 'mereka'."

TBC

====

Halo, readers, lama tak berjumpa...

Sebenernya gua mau stop lanjutin ff ini karna bingung mikirin ending (padahal mah belum ada seperempat jalan cerita, udh mikirin ending aja :"), tapi karna readersnya bertambah (ga banyak-banyak amat si) jadi gua lanjutin lagi deh :3
Liat jumlah readers bertambah aja udah bikin gua semangat lagi, apa lagi kalo ada vommentnya juga, ngehehe~


My Ghost Friends [BTS]Where stories live. Discover now