21

2.1K 75 0
                                    

         Allea duduk di tangga ruko tempatnya berteduh kedua tangannya bersedekap merasakan angin yang mulai menusuk tulangnya , matanya menatap ke arah jalan yang sepi berhiaskan rintikan hujan . Allea terus mencerna kata kata Reyhan tadi , jujur yang dikatakan Reyhan itu ada benarnya .

        Beberapa saat kemudian , Reyhan datang menghampiri Allea yang duduk sambil melamun .
"Nih , buat lo ," ujar Reyhan sambil menyodorkan plastik hitam pada Allea . " Ini apa ?,"tanya Allea . " Udah , buka aja lagian niat gue baik kok , percaya deh ."Jawab Reyhan . Allea mengambil plastik hitam dari tangan Reyhan lalu membukanya perlahan .

"Apaan nih ?."

"Susu putih hangat sama nasi kucing ."

"Buat gue ?."

"Ya-iyalah , kalo buat orang ngapain coba gue kasih ke lo ."

"Ya udah , lo makan gih , gue tau kok lo belum makan walau tadi pas gue tanya 'lo laper nggak' lo jawabnya 'enggak' ."

"Udah nggak usah gengsi , gue heran deh kenapa sih perempuan itu sukanya pake gengsi segala ? , padahal ntar ujung - ujungnya juga mau ."

"Gini ya Al , kalo lo tetep pertahanin gengsi lo juga nggak papa asalkan jangan tinggi - tinggi entar ujung-ujungnya kan lo sendiri yang kena imbasnya ."

********

      Allea masih diam tak berkutik dengan kedua tangan bersedekap akibat merasakan dinginnya angin yang menusuk tulangnya . Bahkan plastik yang tadi diberikan oleh Reyhan belum ia sentuh sedikitpun akibat tubuhnya begitu dingin .

"Ko nggak lo makan ,Al ?," tanya Reyhan bingung .

"Nanti aja , gue kedinginan nih ," jawab Allea gemetar .

Reyhan berjalan menuju motornya lalu membuka jok motornya untuk mengambil jacket . Kemudian , Reyhan menutup jok motornya lalu berjalan ke arah Allea dengan jacket yang tersampir di lengan tangan kirinya . Sedangkan Allea ? , dia tak peduli karena saat ini tubuhnya tak mendukung untuk bertanya pada Reyhan ataupun apalah itu .

     Reyhan kini sampai di tempat Allea berada . Ia pun duduk disamping Allea yang kini tengah menggigil . Tanpa hitungan , Reyhan langsung memakaikan jacketnya pada bahu Allea . Allea menoleh menatap Reyhan penuh tanda tanya .
Kenapa Reyhan sepeduli itu padanya ?

      Allea diam tak berkutik dan kini tubuhnya mendingan dari sebelumnya . Tapi , dalam hatinya ia masih tak percaya seakan - akan yang telah memberinya kehangatan adalah Reyhan , musuhnya sendiri . Apakah Reyhan tidak kedinginan ?

      Reyhan diam lalu ia mengambil sebuah rokok dari sakunya yang ia beli di warung angkringan tadi . Ia menaruh ujung rokok di bibirnya dan menyalakan ujung yang lain dengan korek api , menghisap dan menghempuskan asap dari bibir . Allea menoleh menatap Reyhan seolah - olah baru pertama kali ia melihat Reyhan merokok dan itu tepat di sampingnya . Reyhan menyadari kalau Allea memerhatikannya maka dengan sigap cowok itu menjatuhkan rokoknya dan menghinjaknya dengan sepatu sampai padam .

"Sorry , gue kira lo tidur ," ujar Reyhan .

"Iya , gapapa kok ."

      Reyhan menjatuhkan pandangannya ke arah samping mendapati plastik hitam pemberiannya lalu ia membuka isi plastik hitam itu dan ternyata isinya masih utuh .

"Kenapa nggak dimakan ?," tanya Reyhan sambil menaikkan satu alisnya .

Allea menoleh .

"Gue nggak laper ."

"Lo laper atau nggak tetep harus dimakan , kasihan tuh makanannya nangis loh ."

"Nggak mau , gue nggak laper ."

Reyhan (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang