42

1.7K 79 0
                                    

        "Jadi , kapan lo tembak Tania?," Allea sesekali menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

Uhukk uhukk uhukk!!

        Reyhan hampir tersedak , ya mungkin karena pertanyaan Allea tadi.

"Minum dulu," Allea menyerahkan botol minum yang ia ambil dari tasnya barusan.

Reyhan mengangguk , tangannya meraih botol minum itu dan menegaknya.

"Nih makasih," ujarnya sambil menyerahkan botol minum pada sang pemilik.

"Iya."

       Suasana hening menyelimuti Reyhan dan Allea , tak ada sepatah kata apapun dari mereka. Keduanya bungkam layaknya es di kutub utara. Ups enggak deng nggak di kutub utara!!

"Maaf...," kata Allea seketika.

"Buat?," Reyhan menaikkan satu alisnya.

"Gara gara gue lo kesedak," jawabnya lesu.

"Nggak kok b aja , gue fine," Reyhan tersenyum tipis.

"Lagian lo juga nggak salah tanyakan hal itu."

"Toh juga gue akan nembak Tania kan? Secepatnya akan gue usahain, tapi nggak tulus , cuman karena mau lo, jadi jangan salahkan gue kalo Tania bakal tersiksa dan nggak bahagia."

"Karena hubungan yang nggak di landasi cinta akan membekaskan luka , dan gue nggak mau tanggung luka sahabat lo itu."

"Dan satu hal lagi , gue sukanya sama lo bukan Tania."

      Allea diam tak berkutik , perkataan Reyhan memang ada benarnya. Lalu bagaimana jika Tania akan terluka suatu saat nanti dan nggak bahagia? Ia nggak tau! Lagian yang akan menjalaninya bukan dirinya , melainkan Reyhan dan Tania. Jadi yang tau akan hal itu hanyalah Reyhan , Tania , dan Tuhan yang menentukan gimana jalannya entar.

"Yuk pulang , gue udah puas makan es krim nih , btw gue maen rumah lo ga papa kan?."

"Iya , ga papa kan yang punya rumah bunda sama ayah bukan aku."

"Iya , kalo gitu aku boleh kan main ke rumah bunda sama ayah?," tanya Reyhan lembut.

"Boleh kok , asalkan jangan rebut bunda dari ayah."

"Ya enggak lah , kan aku maunya sama anaknya bukan induknya," Reyhan mengusap puncak kepala Allea. Membuat gadis itu kembali panas dingin. Dan hanya dia yang mampu membuatnya begini , camkan itu.

"Oh iya kamu tunggu di motor dulu aja , aku mau pesenin es krim dulu."

"Buat siapa?."

"Buat calon ibu mertua," Reyhan nyengir kuda.

"Apaan sih , inget ada janji." Allea memperingatkan.

"Iya kan masih calon , siapa tau kesampean," balasnya.

"Iya deh."

  
         Allea berada di luar , lebih tepatnya sih parkiran. Celingak celinguk mencari batang hidung Reyhan yang nggak keluar keluar dari kedai es krim.

"Fia!!," sapa seseorang.

Allea yang tadinya sibuk bermain hp langsung mendongak mengetahui seseorang memanggil nama khas anak rumahannya.

"Lo kok disini sih?," tanya orang itu. Hm siapa lagi kalo bukan Alvian , kakaknya yang suka bolos kuliah , bawel bin cerewet kayak emak emak dasteran.

"Astaugfirullah Bang Vian bolos lagi?," Allea menggelus dadanya , entah kapan kakaknya ini bertaubat dari penyakit tukang bolosnya. Emang dia kira biaya kuliah itu murah apa ya? Allea berharap suatu hari nanti kakaknya akan mendapatkan sebuah hidayah bahwa akan ruginya bolos kuliah. Amin.

Reyhan (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang