49

2.2K 80 0
                                    

        Bel istirahat pertama berbunyi, seluruh siswa SMA Pelita Bangsa berbondong-bondong pergi ke kantin. Tak kecuali Reyhan , cowok itu telah kabur sejak jam pelajaran ketiga tadi. Biasalah ijin ke toilet ujung-ujungnya pun melipir juga.

      Tania berjalan ke kelas X-4. Lebih tepatnya kelas Allea. Entah mengapa langkah kakinya tiba-tiba melangkah kesana secara otomatis. Padahal tadi pagi cewek itu nyaris menampar pipi Allea.

"Eh, Tania cari siapa?," tanya Angga yang baru saja keluar kelas.

"Cari Allea , ada nggak?."

"Kayaknya tadi pergi ke perpus deh , soalnya tadi bawa kartu perpus gitu."

"Makasih ya Ngga."

"Iya , kalo gitu gue pamit kantin dulu Tan," pamit Angga lalu pergi setelah di angguki oleh Tania.

       Allea berada di dalam perpustakaan. Cewek itu berjalan menyusuri rak-rak novel, mencari novel yang hendak dia baca.

        Tangan Allea sibuk menyeleksi novel-novel yang tersusun rapi di hadapannya. Hingga tangannya mengambil sebuah novel dari rak itu.

         Mulut Allea berkomat-kamit membaca deskripsi novel yang diambilnya. Setelah dirasa menarik, cewek itu mendaratkan bokongnya di bangku perpustakaan.

       Tania berjalan memasuki ruangan perpustakaan. Cewek itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan. Mencari sosok Allea.

        Allea menompang dagunya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya membalik halaman yang telah di baca nya.

"Al...," lirih seseorang yang  telah berdiri di hadapan Allea.

Allea mendongak, kedua matanya telah di suguhi oleh gesture cewek yang tak asing baginya. Tania.

"Kenapa?," Allea menaikkan satu alisnya.

"Gue mau ngom—."

"Gie sibuk," potong Allea cepat.

      Tania menggigit bibir bawahnya, apakah Allea semarah itu padanya? Apakah Allea benci sama Tania?. Tania tau dia salah, Allea yang selalu mengalah padanya dari dulu. Sejak mereka kecil, Allea selalu mengalah demi Tania.

"Al..."

"Allea," panggil Tania lagi tapi tidak di respon oleh pemilik nama.

      Allea sibuk membaca buku di hadapannya. Walau sebenarnya dia ingin sekali meladeni Tania. Sudah lama sekali mereka berdua di halangi tembok permusuhan. Allea jadi rindu pada Tania , terlebih pada kebawelannya. Allea sangat rindu. Dia ingin sekali memeluk erat tubuh Tania sekarang, tapi niatan itu di urungkan Allea. Dia ingin Tania menyadari semua sifat egoisnya. Allea lelah harus mengalah.

TESS!

       Sebuah air mata mendarat mulus di pipi Tania. Hati nya kelu melihat respon Allea yang cuek dan dingin. Tania menyesal telah menyia-nyia kan Allea hanya karena obsesi nya pada Reyhan. Nyatanya sedekat nadi belum tentu bisa menjamin semuanya. Perpisahan dan permusuhan selalu datang menerka. Tinggal pelaku bisa mempertahankan atau tidak.

"Allea, Tania minta maaf," kata Tania yang kini tertunduk lesu.

        Maaf. Allea mendengar jelas kata-kata itu. Hati nya sedikit bahagia mendengar Tania berkata maaf. Setidaknya itu tidak menandakan Tania egois.

"Tania terima kalau Allea—."

"Gue nggak akan benci lo."

        Kepala Tania yang semula tertunduk kini mendongak. Kedua matanya menatap Allea berbinar.

Reyhan (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang