Forever

19.4K 982 54
                                    

"Jo, kita daftar kuliah di tempat yang sama, ya ?" Andy berbaring di samping sahabatnya dari kecil di bawah pohon rindang di seberang sungai kecil belakang halaman mansion keluarga Bayusaga yang luas. Ia meletakkan gitarnya setelah puas bernyanyi-nyanyi mulai dari lagu utuh sampai lagu-lagu yang mereka caplok seenaknya.

"Hm. Aku coba daftar di beberapa universitas negeri, Andy. Papa hanya pelayan di rumahmu. Meskipun aku anak tunggal, kurasa aku tidak ingin membebani Papa dengan biaya kuliah yang besar. Aku juga sedang berusaha cari beasiswa."

Andy membalikkan tubuh. Ia bertumpu pada kedua lengannya menatap wajah sahabatnya. Kamu semakin cantik, Jo. Aku tidak ingin berpisah darimu. Selamanya.

"Heh, melamun jorok, ya ?" Jo menepuk ringan kening Andy.

Andy terkekeh. "Kurang lebih. Tapi lebihnya banyak."

"Orangtuamu pasti mengirimmu kuliah di luar negeri. Seperti kakakmu."

Andy kembali ke posisi telentang sambil mendesah kesal. Ia tahu omongan Jo sangat benar. Kali ini ia pasti sulit mencari alasan yang tepat untuk tetap bisa kuliah di Deanton, bersama Josephine Syandana, putri salah satu pelayan di rumah besarnya.

Ibunya pasti menolak mentah-mentah alasannya. Kemauan Andy untuk sekolah di sekolah umum telah dituruti kedua orangtuanya selama ini, meskipun dengan berat hati. Mereka sebenarnya ingin Andy bersekolah di sekolah swasta ekslusif seperti kakaknya. Tapi jiwa pemberontak Andy akhirnya menang.

Sampai saat ini.

Ibunya mulai tidak suka melihat Andy terlalu dekat dengan putri pelayan. Ia ingin Andy bergaul dengan gadis-gadis high-end sekelas mereka.

Andy harus benar-benar putar otak untuk mendapat alasan kuat supaya bisa tetap kuliah di Deanton. Seperti Jo.

"Jo ?"

"Hmm..."

"Kawin lari, yuk ?"

Jo tertawa. "Memangnya kamu cinta aku ?"

"Ya. Sudah lama."

Jo terdiam. Tak bisa dipungkiri ia juga sudah lama menaruh hati pada sahabatnya ini, tapi peringatan keras ayahnya tentang kedudukan mereka membuatnya menahan diri, memuaskan posisi sebagai sahabat.

Meskipun sangat dekat, tapi dalam kenyataannya, Andy adalah bulan yang terlalu jauh untuk diraih. Kecuali ia jadi astronot. Dan Jo tidak bercita-cita jadi astronot.

Orang kaya berpasangan dengan orang kaya lainnya. Selalu begitu. Ia menyaksikan sendiri saat rumah besar itu menjamu tamu-tamu berkelas dalam berbagai acara.

"Jo ?"

"Kumat ya sintingmu ?"

"Tidak. Aku cinta cuma kamu."

Senyum pura-pura di wajah cantik Jo memudar seketika. Jantungnya berdebar liar saat mata Andy yang biasa penuh kejailan mendadak menatapnya lekat dan dalam.

"Hei, Josephine Syandana. Aku telah jatuh cinta padamu sejak saat pertama kau datang dalam hidupku. Ku harap kamu juga menganggapku lebih dari sekadar sahabat."

Belum sempat Jo berkata-kata, Andy membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman. Lembut dan menghanyutkan.

"Kamu gadis pertama yang kucium. Kau tahu itu dengan pasti." Wajah Andy Bayusaga tampak sumringah. Meskipun tergolong bandel, ia memang bukan laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Wajah tampan ditambah latar belakang pewaris kedua keluarga Bayusaga yang tidak diragukan lagi kekayaannya, membuat banyak gadis yang terang-terangan menawarkan diri padanya. Tapi Andy punya Jo sebagai tameng pengalih perhatian gadis-gadis yang kebanyakan nekat itu.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang