Breeze

4.3K 455 50
                                    

Jo tersenyum kaku.

Dan Mayor Emilio langsung mengerti bahwa tawarannya belum mengena di hati sang agen cantik.

Suara ringkik kuda di kejauhan mengisi kesunyian sesaat yang terbentuk di antara keduanya.

"Maaf..." ujar Jo pelan.

Mayor Emilio menggeleng sambil berusaha memasang wajah tegar. "Oh, tidak, tidak. Harusnya aku yang minta maaf. Harusnya aku mengerti kondisimu yang masih belum sehat. Aku hm aku hanya terpancing dengan kehadiran si Bayusaga junior."

Suara Kika memanggil ayahnya terdengar samar dari seberang padang rumput. Lambaiannya dibalas bebarengan oleh Jo dan sang Mayor.

"Jooooo!" giliran Andy yang berteriak liar. Ia juga melambai-lambai dari atas kuda coklat yang dinaikinya.

Jo mengerucutkan bibir. Lihat, siapa mengajak siapa bermain, batinnya. Kumat jiwa Peterpan-nya.

=======================

Kika merengut ketika Andy berpamitan keesokan harinya.

"Tapi Kak Andy harus cepat balik ke sini. Tengok Kika dan Kak Jo."

"Whoa, tentu saja. Apalagi Kak Jo masih sakit begini. Kak Andy pasti sering ke sini," kata Andy sambil memeluk Kika erat seraya mengerling pada Jo.

Mata Mayor Emilio menyipit, jelas tak setuju dengan perkataan Andy. Dan ekspresi itu semakin kentara ketika Andy tiba-tiba mengalihkan pelukannya kepada Jo.

"And!" protes Jo risih. Bagaimana tidak. Dengan santainya Andy memeluk dan mencium keningnya berkali-kali, sepertinya dengan sengaja, di rumah saingannya.

Mayor Emilio yang tak mau berlama-lama menyaksika adegan drama kutukupret itu, menggamit lengan Andy dan menariknya keluar menuju mobil yang akan membawanya ke bandara.

"Ayolah, Mayor. Santai. Maklumlah. Aku akan pergi agak lama..."

"Dasar anak sinting. Kita ini bersaing dan kamu terang-terangan begitu di rumahku sendiri? Apa namanya kalau tidak sinting, hah?"

Andy meringis.

"Lihat saja. Kalau kamu kembali, dia sudah jadi istriku!"

"Hm. Bolehlah tekad Anda, Mayor. Tapi yah, silakan saja mencoba. Sampai rambut Anda memutih semua karena bosan."

Mayor Emilio mengeraskan rahang. "Dasar sinting!"

Andy tertawa. "Bye, Mayor. Tolong jaga Jo untukku, ya?"

Ingin rasanya Mayor Emilio membuat biru wajah anak nekat di hadapannya, atau bahkan membuat pecah bibirnya dengan sekali saja bogem mentah.

Tapi ia hanya bisa menggenggam erat kepalan tangannya, tak ingin Kika dan Jo menyaksikan dirinya lepas kendali atas provokasi iblis berparas bagus ini. Jadi ia melepas Andy hanya dengan tatapan tajam dengan terjemahan bebas, awas kau!

=======================

Lydia Bayusaga sedang duduk di meja makan kecil di dapur mansion Bayusaga sambil menyesap teh oolong favoritnya ketika Andy menyelinap dengan santai. Ia tak mengira ibunya berada di rumah malam itu.

"Eh, Mama..."

"Andy. Bagaimana? Sudah puas bertemu mantan bodyguardmu? Atau boleh kusebut Jo anak John?" Nada suara Lydia Bayusaga yang datar tapi menohok perasaan membuat Andy terdiam di tempat.

"Darimana Mama tahu... Ah, ya. Apa yang tidak Mama ketahui tentang diriku. Mama kan ahlinya hidupku."

Lydia Bayusaga melanjutkan menyesap tehnya dengan tenang, tak mempedulikan sindiran Andy.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang