Free

4.4K 559 37
                                    

Tepat setelah Jo menghempaskan dua anak buah Mancini yang berusaha menangkapnya, bala bantuan datang.

Jo bereaksi cepat dengan mengamankan para wanita. Ia mengarahkan mereka menuju pintu belakang yang tidak dijaga saat itu karena hampir seluruh anak buah Mancini berada di halaman depan membantu pengawal lain yang sedang kerepotan menghadapi satu pasukan yang menyerang tiba-tiba.

Bahati yang paling bersemangat lari tak memperhatikan akar pohon yang ada di depannya. Ia tersandung dan jatuh berdebam dengan wajah menghantam akar-akar yang menonjol keluar.

"Dasar kikuk!" omel Margie sambil membantu Bahati berdiri karena kebetulan mereka berdekatan dalam upaya pelarian itu. Sesaat ia tertegun melihat darah yang mengalir dari hidung Bahati.

Jo segera menyusul dan menarik syal tipis yang ada si kantung rok Bahati. Ia mengusap perlahan darah yang menetes sambil menenangkan gadis ringkih yang hampir menangis karena menahan sakit itu.

"Ssh, hanya luka sedikit. Akan terasa ngilu karena memar, tapi tolong tahan, ya? Kita harus sampai di titik jemput tepat waktu jika tidak ingin ditinggalkan heli penyelamat."

Bahati mengangguk sambil berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit yang menjalari daerah sekitar hidungnya.

"Kau kembali saja ke depan," usul Margie karena pelarian mereka terganggu karena Jo sebagai penunjuk jalan harus berhenti menolong Bahati. "Biar dia aku yang jaga di belakang."

Jo dan Bahati menatap Margie tak percaya. Tapi sedetik kemudian Jo mengangguk setuju dan itu cukup untuk menguatkan Bahati untuk berjalan perlahan di barisan paling belakang bersama Margie yang entah kenapa mendadak baik hati.

Rute yang mereka tempuh tak sampai dua kilometer, tapi karena mereka menghindari jalan utama, medan yang berupa jalan setapak yang sepertinya sudah terlupakan menjadi agak berat.

Akar pohon-pohon besar mencuat di sana-sini. Ditambah semak berdaun gatal dan berduri yang harus mereka cermati jika tidak ingin wajah mereka tertampar tangkainya. Itu belum termasuk serangga-serangga kecil yang tampak tak berbahaya tapi sekali tersentuh, efeknya sungguh menyiksa.

Jo sudah mempelajari medan yang ditempuh sebelumnya. Dan ia juga sudah menjelaskan sekilas pada para wanita. Tapi kesialan tak bisa dihindari. Ada yang mulai merasakan gatal luar biasa di kakinya akibat daun-daun berbulu. Yang lain tersengat serangga yang membuat bentol-bentol merah di lengannya.

Tapi dengan semangat mereka tetap melangkah, mengabaikan segala rasa tak mengenakkan itu. Demi kebebasan.

Beberapa kali mereka harus berhenti dan tiarap karena aba-aba dari Jo setelah melihat anak buah Mancini yang berpatroli. Sepertinya tak ada yang memberitahu mereka tentang kekacauan di rumah besar itu.

Langkah mereka semakin cepat ketika heli penjemput telah terlihat di sebuah tempat yang lapang.

Jo memberi isyarat pada rekannya yang berjaga di dekat helikopter untuk segera bersiap.

Satu per satu wanita naik dan Margie yang terakhir setelah membantu Bahati naik. Air matanya menggenang saat ia mencapai heli.

Belum sempat Jo bertanya, dua anak buah Mancini yang mendengar deru baling-baling helikopter berhasil mendekati tempat itu dengan senjata teracung.

"Sial!" umpat Jo dan segera melompat turun. Ia sadar posisi mereka jauh dari aman. Ia mengangkat kedua tangannya sambil mendekati mereka.

Para wanita yang sudah berada di dalam heli terdiam khawatir. Sementara pilot dan satu prajurit yang mengawal tetap berada di tempatnya, bersiap untuk keadaan terburuk.

"Hei, boys! Kasihan. Kalian rupanya ditinggalkan," ujar Jo tanpa rasa takut.

Kedua pengawal itu saling menatap, tak paham dengan kata-kata Jo.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang