Naughty

4.3K 412 23
                                    

Andy dan Jo kembali ke rumah keluarga petani itu saat hari telah gelap dan makan malam sudah tersedia lengkap di meja.

"Waah, Bapak dan Ibu benar-benar hebat!" puji Andi tulus. "Sungguh paham kalau saya sudah kelaparan. Apalagi semua kelihatan lezat...."

"And!" tegur Jo yang jadi merasa malu dengan keterusterangan Andy.

Ibupetani tersenyum. "Tidak apa-apa, Jo. Kami senang kok. Sudah lama tidak menghidangkan makan malam seperti ini sejak anak-anak kami menikah dan pergi ke tempat lain."

Setelah makan malam yang dipenuhi puja-puji Andy atas masakan lezat ibu petani, Jo membantu membereskan meja dan mencuci piring sedangkan Andy diajak pak tani memeriksa kandang ternak yang belum terkunci atau tertutup sempurna.

"Kamu segera menikahi Jo, kan?" tanya Pak Petani sambil menutup pintu pagar yang mengelilingi peternakan kecilnya.

Suara seekor sapi yang melenguh menyela Andy yang baru akan buka suara. Ia tersenyum. "Mirip suara ibuku kalau sudah terlalu banyak mengoceh."

Laki-laki tua itu menatap Andy tak setuju. Meskipun ia tidak kenal ibu Andy, tapi itu jelas hal yang tidak berkenan di hatinya. "Tidak sopan mencela ibu sendiri, Andy."

Andy menyadari kekeliruannya yang kemudian ia sadari sudah melewati batas, walaupun hanya dalam konteks bercanda. "Oh. Maaf. Saya keterlaluan."

"Minta maaflah pada ibumu jika kamu pulang nanti."

Minta maaf pada Nyonya Seribu Topan Badai? Tidak salah? Bukankah sebaliknya? Andy kembali mengeluh dalam hati dan hal itu tergambar di wajahnya.

"Apapun masalahmu dengan Ibumu, tolong selesaikan dengan baik. Jangan buat Jo menderita di tengah kalian."

Andy menatap pak tua itu sesaat dengan pandangan salut. Pengalaman hidupnya ternyata bisa membaca ekspresi wajahnya dengan baik.

Andy tersenyum dan menganggukkan kepala dengan yakin.

Setelah bercakap-cakap santai bersama, suami istri petani itu pamitan untuk pergi tidur. Tapi langkah sang suami terhenti di depan pintu kayu kamarnya. Ia menengok ke belakang.

"Mau ke mana, Tuan Muda?" katanya tajam kepada Andy yang mengikuti Jo masuk ke kamar. Ia mendekati mereka.

"Eh?" Jo yang tidak menyadari telah diikuti Andy jadi kaget.

"Emm, mau tidur," jawab Andy asal.

"Tidur. Bagus. Di mana?" cecar pak tani.

"Emm, di.. em, di situ... Sama Jo. Hehehe," kata Andy salah tingkah.

Jo melipat kedua lengan di depan dada dan wajahnya tampak kesal. "Bukankah kamu tadi bilang mau tidur di depan televisi? Di sofa?"

"Oh, begitu ya?" ujar Pak Tua sambil menyipitkan mata.

Istrinya melongok keluar dari pintu kamar tidur sambil tersenyum menyaksikan kericuhan kecil itu.

"Hehehe... Cuma usaha, Pak. Siapa tahu emm berhasil... Aduuuh... Ampun, Pak. Ampun! Ampun! Sakit, Pak!"

Pak tua itu menjewer telinga Andy tanpa ampun dan menariknya menjauh dari kamar yang ditempati Jo.

"Anak nakal!"

"Aduh duh duh. Sakit, Pak..." Andy menggosok-gosok daun telinganya yang memerah yang baru lepas dari jurus jeweran dewa pak tani tua.

"Bikin malu saja," oceh Jo sambil menutup pintu kamar.

"Selama Jo belum resmi jadi istrimu, jangan harap kamu bisa masuk kamarnya itu. Paham?"

Andy meringis malu. "Iya, Pak. Maaf."

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang