Enjoy

4.1K 437 37
                                    

Jo menghabiskan waktu di pertanian sederhana itu dengan berusaha sekuat mungkin menyisihkan ingatan tentang Andy dan Mayor Emilio. Ia hanya ingin memulihkan diri, jiwa dan raga.

Sesekali ia ikut turun membantu suami istri yang baik itu dengan pekerjaan-pekerjaan kecil yang tidak membutuhkan banyak tenaga dan gerakan, mulai dari memberi makan unggas sampai menyapu rumah.

"Nak, sudahlah. Biar ibu yang lanjutkan, kamu istirahat saja," ujar sang nyonya tua ketika melihat Jo berhenti sambil menarik napas panjang saat menyapu. Ia sudah menjelaskan sebelumnya jika ia sedang dalam proses pemulihan.

"Maaf, Bu. Tapi mendadak nyerinya datang."

Jo mengambil segelas air, meminumnya perlahan, dan duduk di sofa tua yang ada di situ. Ia menyandarkan punggung sambil memperhatikan si ibu tua melanjutkan menyapu di ruang sebelah. Ia mengambil remote control televisi dan memindah-mindahkah channel secara acak. Jarinya berhenti memencet tombol di sebuah acara infotainment yang hampir tak pernah ditontonnya.

Bola matanya melebar menyaksikan berita gosip terbaru dan terhangat yang sedang ditayangkan.

"Saphira, foto model kawakan yang juga ikut membintangi film ini, hadir bersama bujangan yang diidamkan banyak wanita, Andrew Bayusaga..."

Suara indah narator acara gosip yang sedang meliput penyerahan piala bergengsi di dunia perfilman itu tak lagi bisa didengar jelas oleh telinga Jo. Ia menekan tombol freeze untuk memastikan bahwa memang Andy yang sedang menggandeng Saphira berjalan gagah di atas karpet merah, menebar pesona dengan tawa sumringah. Khas gaya Andy.

Jo mendengkus. Huh. Bagus. Baru saja merayu-rayu minta bertunangan, sekarang sudah bergembira ria bersama seorang sosialita.

Kemudian samar-samar Jo mendengar si narator bersuara indah menyebutkan sesuatu tentang Andy dan Saphira yang kabarnya akan segera menikah.

Meskipun berusaha untuk tidak peduli, mau tak mau hati Jo serasa tertusuk duri. Sakit dan pedih. Kemudian marah. Ya, marah. Jika Andy itu gembong kartel narkoba, kemungkinan ia sudah menendang selangkangannya sekeras mungkin sampai ia terjungkal minta ampun. Tapi ini Andy...

Semudah itukah hatinya berpaling? Ah, kami terlalu lama berpisah sehingga aku tidak tahu lagi diri Andy yang sekarang.

Ia menyambar gelas yang tadi dibawanya dan meminum sisa air itu dengan sekali teguk. Lalu ia pergi ke kamar yang ditempatinya untuk mengambil ponsel. Dengan gerakan tak sabar ia mencari nomor yang bisa membuatnya naik darah dalam hitungan menit sehingga ia melupakan tujuannya menghilang ini adalah untuk menjauh sesaat dari laki-laki itu. Ia berjalan kembali menuju sofa tua di depan televisi dengan emosi memuncak.

Peduli setan! Yang penting emosiku tersalurkan! Awas kau, Andy Bayusaga. Kau pikir hanya ibumu yang seganas badai. Rasakan amukanku!

"Hai, Jo. Sudah bosan memblokir aku?" suara Andy langsung terdengar nyaring dan ceria.

"Heh, And! Dengar, ya? Aku tidak peduli kau mau kawin dengan siapa! Tapi....."

"Yakin kamu tidak peduli padaku?"

"Andrew Bayusaga! Dengar aku dulu!"

"Ya, Josephine Syandana cintaku?"

Hah? Masih sempat menggombal? "And, aku lihat beritamu dengan mantan pacar Titus. Jadi tidak usah obral kata-kata manis!"

"Karena kamu memang manis, Jo. Dan, hei, sejak kapan kamu suka menonton acara gosip? Tunggu dulu. Oh, ya. Sejak mencoba kabur dari hidupku."

"Andy!"

"Ya, Jo sayang?"

Jo berdecak kesal. Segala kemarahannya seperti air masuk ke dalam pori-pori spons. Terhisap habis. "Aku sedang marah, And!"

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang