Trouble

8K 778 63
                                    

Jo merapikan wignya. Juga riasan dan gigi palsunya yang lumayan menyulitkan. Ia agak sedikit sesak dengan korset khusus untuk meratakan bentuk dadanya yang memang lumayan menonjol. Tapi seperti tugas-tugasnya terdahulu, ia akan terbiasa.

Ia mematut penampilan barunya di cermin hotel. "Hai, Jo!" Ia tertawa melihat penampilannya yang jadi sangat berbeda. Culun dan jauh dari kata menarik. "Selamat bertugas Johana Pranaya!" Ia kembali tertawa, kali ini tawa pahit yang diliputi kekhawatiran.

Atasannya ternyata menugaskan dirinya untuk menyamar dan menjaga orang yang paling ia hindari di bumi. Andy Bayusaga.

Laki-laki itu terlibat kasus yang sangat riskan yang berhubungan dengan seorang gembong narkotika yang berbahaya. Dan Jo juga diperintahkan mencari celah di antara kriminalitas si gembong internasional supaya bisa diseret ke pengadilan internasional.

Jo mendengkus. "Huh. Hebat caranya merusak diri sendiri. Dari banyak wanita yang berkeliaran bebas, kenapa pula ia harus berurusan dengan istri orang? Titus nomor dua. Atau bahkan lebih parah. Huh."

Setengah jam kemudian Jo turun dari taksi di depan Redwind Tower dan merapikan pakaiannya. Jantungnya berdebar keras.

Sial. Aku pernah menghadapi tugas yang jauh lebih berbahaya yang penuh desingan peluru. Tapi tugas yang tergolong ringan ini membuatku gugup? Profesional, Jo. Ayo mana ketangguhanmu. Tak akan ada yang mengenalimu dengan penampilan ini!

Jo masuk ke ruangan direktur utama, Balint Bayusaga setelah sekretarisnya dengan mudah memberikan akses.

Masih setampan anaknya, batin Jo.

"Selamat siang, Pak. Saya Johana Pranaya yang akan bertugas menjaga putra Anda." Jo mengulurkan tangan untuk bersalaman tapi tangannya menggantung tak tersambut di udara.

Pria tengah baya itu malah berdiri, tersenyum dan memeluknya. "Senang kamu bisa datang, Jo."

"Pak?"

"Aku tahu ini kamu, Josephine Syandana. Aku yang memintamu secara khusus lewat Jenderal Fox untuk turun."

Entah mengapa tapi Jo senang laki-laki paruh baya itu mengenalinya dan ia bisa bernapas lega.

Balint menggandengnya duduk di sofa panjang yang ada di situ. "Kamu tampak sangat sehat, Jo. Syukurlah. Maaf ya, tanpa sepengetahuanmu, atau siapapun, termasuk istriku, aku selalu memantau dirimu."

Jo menatap laki-laki berkharisma itu. Ia malah mengira sang nyonya besar yang selalu memantaunya terutama di tahun-tahun awal pelatihan yang keras, untuk mengantisipasi jika ia tidak tahan dalam masa pendidikan yang keras, lalu kembali pulang dan mendekati keluarga mereka.

"Jangan khawatir. Istriku sudah melepaskan pantauannya pada dirimu setahun setelah kamu masuk akademi dan yakin bahwa kamu tidak akan kembali."

Jo meringis.

"Aku terus mengawasimu karena aku merasa bersalah tak bisa terus menjagamu di rumah setelah kematian ayahmu. Maafkan, Jo...."

"Anda tidak bersalah sedikitpun, Pak. Malah harusnya saya yang harus berterima kasih atas perhatian Anda."

"Maaf juga aku tak bisa mencegah istriku."

Jo merapatkan bibir.

"Kamu tahu betapa ambisiusnya dia... "

"Saya paham, Pak. Sangat wajar Nyonya ingin mendapatkan wanita yang sepadan untuk anaknya. Saya bisa terima itu."

"Dia selalu berusaha jadi ibu yang baik meskipun caranya kadang keterlaluan. Tapi percayalah, Jo, pada dasarnya dia orang baik."

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang