Fight

6.7K 762 51
                                    

Napas Jo serasa mau putus.

Sebenarnya lari adalah hal biasa dalam kehidupan militernya. Bahkan sudah seperti makanan sehari-hari.

Itu jika dalam kondisi normal dengan pakaian normal. Bukan dililit korset yang menekan rongga perut dan dadanya. Flat shoes yang nyaman dipakai untuk bersantai juga mulai terasa menyulitkan pada kilometer kedua.

Sial, rutuk Jo lagi. Harusnya aku tadi tidak menuruti saran Andy untuk mengganti sepatu skeakernya dengan sepatu super tipis ini. Eish, kenapa pula aku semudah itu menerima saran konyolnya bahwa sepatu sneakerku terlalu menyolok.

Mata beloknya itu yang minta dicolok!

Jo menimbang-nimbang untuk melepaskan korset supaya ia bisa bergerak dan bernapas lebih lega, tapi itu berarti merusak sebagian samaran. Apa kata Andy kalau ia tiba-tiba melihat dadanya tumbuh menjulang dalam beberapa menit? Pasti mata nakalnya itu pindah arah dari pantat ke dada! Huuuhh...

Matanya memang minta dicolok!

Dengan napas tersengal-sengal, Jo akhirnya menemukan mobil Andy parkir di halaman sebuah bangunan.

Panti werdha.

Jo menghela napas. Ada sebersit penyesalan dalam dirinya yang sudah mengacuhkan dan meremehkan Andy. Harusnya ia ingat sisi lain dari laki-laki itu yang tak pernah berubah dari dulu.

Andy orang yang penuh perhatian.

"Heh, akhirnya kau menyusul," kata Andy dengan nada kemenangan sambil berkacak pinggang di teras panti. "Hebat juga. Capek ya lari-lari?"

Jo berusaha mengacuhkan ocehan Andy. Ia menunduk sambil memegangi lutut, mengatur kembali napasnya yang tak karuan.

Jo sudah mengulurkan tangan ketika melihat Andy mendekat sambil membawa sebotol air. Tapi tangannya mengambang kosong di udara.

Byuuurr.

Andy malah menyiramkan air itu ke atas kepalanya.

Jo mendongak marah. "Kau ini!"

"Kenapa masih marah? Aku sudah berbaik hati mendinginkan otakmu tapi kau masih panas juga? Ckckck..."

Dasar gila! teriak Jo dalam hati. Ia merasakan air perlahan membasahi punggungnya. Grrrrhh!!

"Kurasa manajemen emosi ada dalam pelatihan kalian, kan? Apalagi kau yang katanya punya jam terbang tinggi."

Jo menatap leher Andy intens.

"Wohoiii, tunggu dulu. Ingat ya, kau ditugaskan melindungi aku, bukan malah mencekik leherku."

Jo hampir saja melupakan bahaya yang mengancam karena meladeni kegilaan si bos edan.

"Dengar, ya. Aku baru dapat info, suami selingkuhanmu lengkap dengan keluarganya akan menuju ke daerah ini. Berlibur."

Andy terkejut tapi sedetik kemudian ditutupinya dengan sikap pongahnya. "Lalu?"

"Cepat menyingkir."

"Biarkan saja."

Jo menarik napas panjang membuang kekesalan. "Kau mau kupukul sampai pingsan dulu atau dengan sukarela menuruti saranku?"

Andy meringis. Tapi Jo tetap memasang wajah serius.

"Kau serius?"

Jo membisu sambil menatap tajam Andy.

"Oh. Oke. Kau serius." Andy cepat-cepat berpamitan di dalam panti.

"Aku yang kendarai," kata Jo sambil merampas kunci mobil Andy.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang