Pulau kecil itu dipilih karena dua alasan. Satu karena tempat itu cukup terasing tapi aman. Dua karena resort di situ milik keluarga Bayusaga pribadi.
Jo merutuk pelan. Jika ia bisa melupakan bahwa keluarga Bayusaga pernah terang-terangan menolaknya, mungkin ia sudah mencurigai prakarsa ayah Andy walaupun dalam hal itu keberpihakan Balint cukup meragukan.
"Apa, Jo? Keberatan?" tanya Balint Bayusaga yang berkoordinasi dengan komandan lapangan Jo.
"Oh, eh, tidak Pak. Siap."
"Bagus. Aku yakin di sana aman sehingga anggota tim yang lain cukup berjaga di satu-satunya akses menuju pulau itu. Pelabuhan di luar kota Deanton." Sang komandan mengalihkan arah pembicaraannya dengan Lidya Bayusaga. "Nyonya setuju?"
Wanita itu jelas tidak setuju. Tergambar di wajah kakunya. "Kalau Anda rasa aman, kami setuju. Hanya saja apa satu penjaga cukup? Apa tidak perlu tambahan dua atau tiga personil lagi?"
"Kurasa Jo saja cukup, Lidya. Lagipula yang lain terus memantau," potong suaminya. "Tempat kita di situ sangat aman."
"Mama mau ikut aku berlibur?" sindir Andy. "Ha, betul. Itu biar wajah Mama lebih berkilat sehat kena matahari. Hahaha...."
Lidya Bayusaga mendengkus kesal. Ia segera beranjak berdiri dan berjalan mondar-mandir.
"Ma! Ayolah. Biar kulit Mama semakin eksotis. Iya kan, Pa?" Andy tertawa heboh.
Balint hanya tersenyum mendengar lelucon anaknya. "Mamamu sudah cantik, And."
"Betul, Pa. Hanya saja terlalu banyak dihiasi badai petir," ujar Andy sambil meringis yang sukses membuat ibunya mendelik sewot.
Jo merapatkan bibir supaya tidak tertular senyuman Andy dan ayahnya. Ia hanya tidak ingin sang nyonya seribu badai semakin sewot karena orang asing ikut mengejeknya.
"Pekerjaan masih menumpuk malah minta liburan. Dasar bengal," omel Lidya Bayusaga.
"Jangan marah, Sayang. Aku yang mengusulkan liburan untuk Andy. Dia sudah bekerja keras akhir-akhir ini. Andy layak diberi waktu berlibur," bela Balint.
Dan maaf, Tuan Bayusaga. Ide Anda kali ini bakal membuat aku repot juga, kata Jo dalam hati.
"Kamu dan idemu yang terlalu memanjakan dia." Lidya keluar ruangan tanpa menoleh lagi.
======================
"Andy, babyyy!!!" Suara seorang wanita yang tak asing di telinga Jo tiba-tiba menyeruak mengotori udara.
Andy yang sedang sibuk menjejali ranselnya yang sudah berada di bagasi mobil dengan entah apa lagi, spontan menoleh. "Oh, hai Nadine."
Jo berusaha tak acuh dan meneruskan menata perlengkapan keamanannya di carport Mansion Bayusaga.
"Mau ke mana, honeybunny? Uh, kenapa aku tidak diajak?" kata Nadine dengan nada manja yang bahkan membuat Ajay dan Rolf memutar bola mata karena jengah.
"Hmm, perjalanan bisnis. Kau tidak bisa ikut," kata Andy yang juga melempar sekilas pandang pada Jo.
Nadine menggelayut manja di lengan kokoh Andy. "Yaaahh... Gadis cantik ini kecewa... Dobel kecewa. Aku tadi ke sini rencananya mengundangmu ke pesta ulang tahun Celine sahabatku ehm kamu ingat dia kan, Sweety?"
"Tidak. Maaf." Andy berusaha melepaskan pegangan tangan Nadine yang seperti punya pori pengisap sehingga melekat erat di lengannya. Ah, berhasil.
Nadine berdecak kesal.
"Sudah dulu ya, Nadine. Nanti aku dan timku ketinggalan pesawat." Andy menutup bagasi mobil. "Ayo!" panggilnya pada para agen yang menjaganya.
Mobil itu melaju meninggalkan Nadine yang memberengut hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pretty Bodyguard and The Crazy Boss
Action(COMPLETED) Andy Bayusaga kena batunya. Si Boss kaya raya sekaligus penakhluk wanita harus berurusan dengan keluarga mafia karena dianggap menggoda istri pimpinan mereka. Ayah Andy langsung meminta tolong sekaligus perlindungan pada International Se...