Shelter

6.5K 745 52
                                    

Andy mengunci pintu dan memasang palang penguat setelah membaringkan Jo di atas kasur queen size yang tersedia.

Badai yang semakin menggila hampir tak terdengar dari dalam ruangan kokoh itu. Hanya sesekali terdengar benda-benda yang menghantam dinding dan atap cornya. Satu-satunya jendela terbuat dari kaca fiber tebal yang masih dilapisi lagi dengan teralis besi yang bisa dibuka tutup dengan selot besi kuat.

"Jo... Bangun. Ayolah." Ia menepuk-nepuk ringan kedua pipi Jo.

Ups. Andy terkejut. Sangat terkejut. Tapi ia singkirkan rada terkejut itu. Beberapa detik kemudian ia malah tersenyum lebar.

Ia ragu-ragu sejenak ketika akan memeriksa luka berdarah di bahu kanan Jo. Itu berarti ia harus menyingkap pakaian sang agen dan jelas bukan ide bagus meskipun ia sangat penasaran.

Dua suara yang bertentangan bertengkar sengit dalam pikiran Andy. "Oh, ayolah Jo. Cepatlah sadar. Jangan buat aku bingung."

Sepuluh menit kemudian masih belum ada tanda-tanda Jo siuman sedangkan luka di bahunya sepertinya mulai berhenti mengeluarkan darah. Tapi luka itu masih harus tetap dibersihkan.

Dengan gerakan sangat lembut Andy menyingkapkan lengan kaos Jo. Ia terkejut tertahan melihat beberapa luka gores kecil dan dua luka memanjang yang tadi mengeluarkan darah. Ia memeriksa dengan teliti dan bersyukur luka itu tidak terlalu dalam. Tapi ia kesulitan membersihkan luka itu karena pakaian Jo menghalangi.

Perlahan dengan tangan gemetar seperti bujang lugu yang tak pernah menyentuh perempuan, Andy membuka kancing baju Jo.

Tapi baru satu kancing teratas terbuka, mendadak tangannya disergap tangan kiri Jo.

"Kau mau apa, hah?" desis Jo marah meskipun kesadarannya belum seratus persen terkumpul. Refleks seorang agen tangguh dengan pengalaman lapangan yang berat.

"Ah, eh, hanya mau membersihkan dan eh mengobati lukamu. Nih," tunjuk Andy pada bahu Jo.

"Tidak usah. Aku bisa sendiri." Jo memaksakan diri untuk bangun meskipun kepalanya berdenyut hebat.

Andy dengan sigap menangkapnya ketika tubuh Jo oleng saat berusaha menjangkau kamar mandi. "Dasar sok kuat," gerutunya. Ia langsung membopong gadis itu dan kembali membaringkannya ke tempat tidur.

Bukan Jo namanya kalau tidak berusaha meronta walau lemah ketika Andy berusaha membersihkan darah yang menempel di lengan gadis itu.

"Sshh, diamlah. Untuk sekali ini diam dan menurutlah. Kita sendirian di sini. Badai di luar semakin menggila entah untuk berapa lama."

"Kalau kau lepas bajumu, pekerjaanku akan jauh lebih mudah. Hei, jangan marah dulu. Baju luar ini saja." Andy mulai tidak sabar karena harus terus menyingkap lengan baju Jo.

Tiba-tiba ia merubah posisinya dengan cepat tanpa bisa diantisipasi Jo yang sedang lemah. Andy duduk mengangkangi perut Jo dan menyentakkan seluruh kancing yang tersisa.

Sraakk.

Jo menjerit lemah.

Andy terkejut melihat bebatan korset yang bukan menutupi perut tapi dada Jo. "Caramu pakai benda ini agak aneh. Apa ini sejenis kevlar anti peluru? Ah, kurasa bukan." Dengan penasaran Andy menekan-nekan korset itu.

Jo segera menepiskan tangan jail Andy dengan tangan kirinya. "Menyingkirlah dari tubuhku!" Lalu Jo merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia terdiam sejenak.

Andy cengar-cengir menatapnya. Ia menjauhi tubuh Jo tapi dengan senang hati ia memperhatikan kebingungan Jo.

"Apa yang lucu, And?" Eits, kenapa suaranya jadi lain? Jo memegang bibirnya dan terbelalak ngeri.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang