"Ada apa?" tanya Nyonya Lidya hampir tak peduli pada Jo yang tiba-tiba muncul di kantornya. Ia hanya melirik calon menantu yang membuatnya sakit kepala itu sekilas. Ia sibuk membuka-buka setumpuk kertas yang ada di depannya.
"Saya, eh...."
Tumben dia yang biasa tegas ragu bicara. Lidya menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Jo intens. "Ada apa? Kau bukan lagi sekretaris pura-puranya Andy. Tidak perlu berkeliaran di kantor. Toh nanti kau dapat bagian yang banyak."
Grrrhh.... Sabar Jo. Ingat, calon mertua, kata Jo menenangkan diri. "Em, maaf. Meskipun sedikit tapi saya punya gaji sendiri."
"Nah, bagus kau mengingatkan." Lidya Bayusaga menegakkan posisi duduknya sehingga terlihat sangat berkuasa dan mengintimidasi. " Mengenai pekerjaanmu. Sampai saat ini tidak ada wanita keluarga Bayusaga yang berlarian ke sarang bandit, main pukul-pukulan apalagi terlibat tembak-tembakan."
Eh? Jo ikut memperbaiki posisi duduknya dan balas menatap tajam sang calon ibu mertua. "Maaf, Nyonya. Tapi Andy bisa menerima itu semua. Dan terima kasih, saya anggap itu suatu bentuk perhatian Anda dengan sudah mengkhawatirkan saya. Saya tahu diri. Setelah menikah, saya akan tetap bekerja tapi pindah ke bagian yang lebih aman."
"Aman. Bagian mana di dinasmu yang aman? Jaga gudang? Tukang buat kopi?"
Astaga! Kalau bukan ibu Andy dan jika saja seumuran, sudah kuajak tanding satu lawan satu dari tadi, kata Jo dalam hati dengan geram.
Jo mengatur napas supaya bisa tenang kembali. "Baiklah, Nyonya. Begini saja. Saya akan coba cuti sementara dari agensi, dengan syarat."
Lidya Bayusaga mendengkus. "Beraninya kau memberi syarat. Oh, andai saja Andy mau memilih Saphira mungkin keadaan tidak akan seburuk ini."
"Ya, Nyonya. Karena Andy malah memilih saya, maka Anda mau tak mau harus melewati hari-hari yang buruk bersamaku," kata Jo kembali santai.
"Itu syaratmu?" Lidya Bayusaga mulai bisa menebak arah pembicaraan Jo.
"Benar, Nyonya. Saya ingin belajar sedikit tentang manajemen perusahaan ini, karena saya ingin tetap bekerja selepas saya berhenti dari agensi."
"Tidak."
"Oh, oke. Baiklah. Saya akan menarik surat cuti saya."
Lidya Bayusaga menggebrak meja dengan kesal. Ia melotot kepada Jo tapi gadis itu malah menyeringai aneh. Kemudian ia berjalan mondar-mandir di dekat jendela. Ia tampak mempertimbangkan banyak hal tapi hanya berujung pada satu kesimpulan.
Ia berdiri berkacak pinggang di hadapan Jo. "Baiklah. Kau menang sekarang." Ia tampak sangat berat mengatakannya. "Sana. Pergilah belajar pada 'Papa' mertuamu."
Jo tersenyum penuh kemenangan. "Saya ingin belajar pada Anda langsung, Nyonya."
"Apa? Kau sudah tidak waras, hah?"
"Apa kata para karyawan jika calon menantu menempel terus dengan mertua laki-laki."
Baru kali ini Lidya Bayusaga mendapat lawan tanding yang setara. Dan itu membuatnya naik darah dengan cepat! Aaahhh!
========================
Dengan tatapan penasaran sekaligus iri, para karyawati mengikuti diam-diam dengan ujung tatapan mata, bos nomor tiga yang tampan tiada terkira, menggandeng atau lebih pas menarik seorang wanita yang dikabarkan sebagai calon istri, masuk ke dalam kantornya.
"And, sakit. Tidak usah tarik-tarik begini," protes Jo.
Andy tak menghiraukan dan segera menutup pintu. Wajahnya tampak kesal. "Oke. Coba jelaskan. Apa maksudmu mau belajar kerja dengan Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pretty Bodyguard and The Crazy Boss
Action(COMPLETED) Andy Bayusaga kena batunya. Si Boss kaya raya sekaligus penakhluk wanita harus berurusan dengan keluarga mafia karena dianggap menggoda istri pimpinan mereka. Ayah Andy langsung meminta tolong sekaligus perlindungan pada International Se...