Panic

3.9K 460 57
                                    

Lidya Bayusaga terperangah mendengar ocehan Jo. Minta diculik? Dia tahu bahwa wanita ini adalah seorang agen tangguh, tapi minta diculik? Apa dia sinting? Harusnya dia menyelamatkan mereka berdua, bukan malah minta ikut diculik.

Franks memberi kode kepada anak buahnya untuk mendekat dan membawa dua wanita itu dengan keributan seminimal mungkin.

Teorinya mudah. Tapi target yang lebih tua ternyata bersiap menjerit minta tolong meskipun berhasil dibungkam tepat waktu dengan acungan pistol mengarah ke jantungnya. Dan meskipun mulutnya diam, tangan dan kakinya tak berhenti meronta ketika anak buah Franks menariknya dari tempat duduk.

"Nyonya, sebaiknya kita ikuti saja dulu. Siapa tahu mereka bertobat di tengah jalan nanti," usul Jo santai.

Franks merapatkan mulut untuk menahan amarah.

Lidya melotot pada Jo.

Anak buah Franks ada yang mulai cekikikan tapi segera berhenti setelah mendapat sodokan siku dari temannya.

Lidya akhirnya tenang karena melihat Jo yang seperti tak menganggap serius acara penculikan mereka. Dalam hati ia menduga-duga apakah sang agen sudah bersiap dengan segala kemungkinan atau bahkan hei, tunggu dulu.... Apa ini maksudnya ketika dia tiba-tiba meminta magang di kantor dan tetap bekerja bahkan sehari setelah menikah? Dia sudah tahu.

Memikirkan kemungkinan itu, Lidya jadi agak tenang dan kooperatif mengikuti perintah para penjahat.

Beberapa orang sempat memasang tatapan curiga dengan barisan aneh itu, tapi kemudian mereka tak ambil pusing dan terus berlalu.

Jo melirik ke seberang jalan dan sekitarnya. Sepanjang trotoar ia sudah melihat timnya bersiaga jadi ia tinggal mengikuti arah permainan si Franks dengan tenang.

Laki-laki itu membawa mereka berjalan satu blok ke bagian kota yang agak sepi lalu berbelok ke barisan ruko yang masih belum digunakan. Ia mengarahkan mereka untuk masuk ke salah satu ruko kosong itu.

Anak buah Franks membuka pintu dorong ruko dan menyuruh Jo serta Lidya untuk duduk di kursi berdebu yang ada di situ.

Franks menghilang ke bagian belakang dan sesaat kemudian muncul sambil membawa map yang berisi dokumen kerjasama, yang sebenarnya lebih ke kerja paksa karena anak perusahaan Bayusaga nantinya hanya akan jadi pengalih perhatian bagi kegiatan pencucian uang haram mereka.

"Aku tidak bersedia," ujar Lidya Bayusaga keras karena ia merasa yakin Jo akan mengerahkan bantuan.

"Masih juga keras kepala. Hei, Nyonya! Apa kau lupa kata-kataku tadi? Kau akan kusekap di sini sampai kau mau tanda tangan dan sekretaris gilamu ini akan kami jadikan hiburan gratis sambil menunggumu!" ancam Franks marah.

Lidya melirik Jo sekilas karena ia jadi ragu setelah mendengar ancaman mengerikan itu. Bagaimana pun juga Jo adalah menantu keluarga Bayusaga dan Andy bisa mendiamkannya seumur hidup jika hal buruk terjadi pada istrinya itu.

"Kalian kerja sendiri di sini? Oh, maaf bertanya karena aku kurang yakin dengan kemampuan Tuan Franks kita ini sebagai bos bandit besar. Jangan tersinggung ya, Tuan," kata Jo masih dengan nada santai.

Franks melotot marah dan mendekati Jo untuk menamparnya. Tapi Jo pura-pura tak mengerti dan  membuat gerakan menghindar yang sangat halus sehingga ketika tangan Franks hampir menyentuh wajahnya, ia menunduk dengan alasan membersihkan sepatunya.

"Lho, kenapa Tuan malah telungkup di situ?" tanya Jo sambil terkikik geli melihat Franks yang jatuh terjerembab di sampingnya.

Lidya terperangah kaget. Semudah itu dia menghindari serangan banteng mengamuk?

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang