Sorry

7K 731 61
                                    

Jo melancarkan aksi diam pada Andy.

Segala lelucon dan kekonyolan bos gilanya itu dianggap angin oleh Jo.

"Jo," panggil Balint Bayusaga ketika Andy tidak tampak.

"Ya, Pak?"

"Kalian bertengkar?"

Jo meringis. "Hanya sedang kesal saja."

"Andy jadi mudah uring-uringan tanpa sebab tiga hari ini."

Jo tidak ingin berkomentar apapun. Ia tahu laki-laki yang di kantor jadi sosok berwibawa itu sedang kesal padanya. "Maaf, Pak."

"Aku yang harusnya minta maaf atas kelakuan anakku."

"Andy kenapa?" sela Lydia Bayusaga yang tiba-tiba masuk. "Apa lagi ulahnya? Dia mengganggumu lagi, Nona Pranaya?"

Jo sedikit menunduk. Ia tidak ingin terlalu lama bertatap muka dengan wanita ini. Dulu ia sempat membenci ibu Andy ini. Tapi seiring waktu, kebencian itu memudar. Ia mengerti alasan sang Nyonya Besar menjauhkannya dari Andy, walaupun untuk bisa menerimanya, sampai saat ini ia tidak yakin bisa seratus persen. Bagaimanapun juga, Andy adalah cinta pertamanya. Cinta pertama yang dipisahkan begitu saja tanpa kata-kata selamat tinggal.

"Nona Pranaya?"

"Oh, eh. Tidak juga. Biasa saja. Saya paham dengan Tuan Andy yang ehm kadang-kadang iseng. Bukan masalah sama sekali, Nyonya."

"Hm. Baiklah kalau begitu. Tolong sedikit bersabar dengan Andy. Dia memang agak susah diatur. Dia kadang penurut, jadi jika kumat jiwa pemberontaknya... hm... Dia sangat berbeda dengan kakaknya."

"Tentu saja, Ma. Aku bukan Titus," potong Andy yang masuk tanpa permisi lagi. "Sampai kapanpun juga aku tak akan bisa menjadi seperti anak kesayangan Mama itu. Bahkan bertahun-tahun setelah dia tiada, Mama masih membanding- bandingkan aku dengan Titus."

"Andy!" tegur ayahnya karena nada suara anaknya itu yang semakin meninggi. Balint Bayusaga menoleh sekilas pada Jo yang hanya bisa diam, terjebak dalam pertengkaran keluarga.

"Harusnya Mama sadar bahwa kematiannya itu akibat perlakuan Mama yang terlalu memanjakannya. Salahnya sendiri. Bahkan Papa Jo juga jadi korban!"

Plaakk.

Tamparan pertama Lydia pada Andy.

Andy meringis dan mengelus pipinya. "Akui saja, Ma. Bukan salah Papa Jo yang mengemudi, itu semua ulah anak emasmu!" Mata Andy berkilat marah.

Jo terdiam mematung. Tak menyadari bahwa ayah Andy menatapnya khawatir.

"Kau...." Lydia Bayusaga memerah wajahnya menahan amarah.

"Apa, Ma?! Aku cuma anak cadangan. Cadangan! Entah apa yang membuat Mama menganggapku demikian. Tapi ingat, Ma. Anak cadangan ini yang akan jadi penerus keluarga. Dan aku tetap akan melakukan apa yang kumau. Cukup Jo yang jadi korban keegoisan Mama."

Lydia tersenyum mengejek. "Oh wow, coba lihat. Tentu saja kau tak bisa menyamai Titus. Dari pilihan jenis wanita saja kau kalah telak. Titus jelas tak akan berhubungan dengan gadis biasa seperti itu."

Balint bermaksud menghentikan keributan ibu dan anak ini, seperti biasa, tapi kali ini ia ingin melihat sejauh apa anaknya itu berani menentang ibunya yang otoriter.

"Aku cinta Jo, Ma!"

Jo tersentak. Itu. Pernyataan itu yang berusaha ia lupakan dan hilangkan selama bertahun-tahun. Sekarang menggema lagi meskipun yang mengucapkan tak sadar bahwa obyeknya ada di dekatnya. Ironis.

"Astaga, Andy. Masih kau ungkit juga? Dia cuma anak pelayan. Bukan siapa-siapa. Kau bisa dapatkan gadis-gadis kelas atas manapun sekarang."

"Dan jadi seperti Titus. Hah. Bukankah itu yang sedang kujalani, Ma? Dan aku juga hampir bernasib sama dengan Titus. Cukup. Aku sudah bosan dengan semua aturan Mama. Cukup. Aku mau hidupku sendiri!"

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang