Rival

5.1K 567 72
                                    

Jo merangkul si perempuan cantik tapi ringkih yang memang mulai sakit sejak dibawa masuk ke tempat menyedihkan itu. "Bahati? Ayolah. Kuatkan dirimu..."

Wanita-wanita lain ikut merubung.

"Heh! Bubar! Bubar!" teriak si klimis dengan suara cempreng. "Bawa mereka!"

Serentak anak buah si klimis bergerak maju dan menyeret wanita-wanita malang itu untuk naik ke sebuah truk jelek yang hanya beratap terpal yang sudah bolong di sana-sini.

Jo mendorong seorang laki-laki yang mencoba mengambil Bahati. "Biar aku saja yang membantunya. Aku masih sanggup!"

Si gendut yang kesal beranjak mendekat, tapi dicegah oleh bos klimisnya. "Biarkan saja. Jangan buang tenaga dengan si kucing hutan itu." Lalu ia kembali meludah.

"Bos, kena aku lagi ludahmu..." keluh si gendut.

"Heh, tidak usah protes. Kuludahi muka jelekmu kalau kau terus ribut!"

Truk yang shock absorbent-nya sudah gagal berfungsi itu membawa para perempuan melewati jalan tanah di tepi hutan-hutan yang tak rata. Tubuh mereka yang sudah lemah semakin terasa remuk digoncang jalan yang berbatu dan berlubang.

Setelah hampir satu jam tersiksa dalam truk yang panas dan hampir tak berani bergerak karena todongan senjata, akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah besar bergaya perkebunan lengkap dengan halamannya yang luas.

Mereka dibariskan seperti barang dagangan dengan kondisi yang menyedihkan.

Barang dagangan. Benar. Karena rumah besar di kaki bukit yang sunyi itu adalah markas sindikat perdagangan wanita.

Tiga laki-laki gemulai dan lima perempuan yang berwajah keras menunggu mereka.

"Bersihkan dan persiapkan mereka sebelum Bos Besar dan para pelanggan datang!" perintah si klimis.

Si gendut menggiring mereka untuk mengikuti tim penyambutan. Beberapa kali ia meraba dan menoel pantat dua wanita yang berada di dekatnya dengan cengiran iblis menghiasi wajahnya. "Pretty, kalau sudah bersih, kirim dua ke kamarku yaaa?"

Para wanita itu terkesiap kaget. Mereka sebenarnya sudah merasa akan ada hal buruk yang akan menimpa mereka ketika mereka diculik atau dijual murah. Tapi tetap saja hal itu mengejutkan mereka.

"Aih, Bos Gendut. Nanti Bos Klimis marah lho..." jawab salah satu laki-laki gemulai itu.

"Ah, beres itu. Kirimi juga dia, sebelum Bos Besar datang."

"Okeee..."

Dan ketika si gendut menepuk pantat seksi Jo, ia mengaduh kesakitan. "Aduuh, sial! Dasar kucing hutan! Lihat saja, kau akan bernasib paling parah!" Ia mengelus-elus tangannya yang sempat dipelintir oleh Jo dan dua jarinya memerah dengan bunyi keretak yang lumayan keras.

Jo menyeringai tanpa takut. "Dan jika tanganmu terus bergerak, kupastikan kau hanya akan bisa meringkuk kesakitan selama berhari-hari sambil merenungi salah satu asetmu yang pecah."

Mereka yang ada di situ spontan terdiam dengan keberanian Jo. Para wanita yang diculik itu salut padanya tapi mereka belum berani melakukan apa-apa. Sedangkan para anak buah Mancini terbelalak kaget.

"Kucing hutan liar! Kupastikan kau yang akan paling sengsara!" ancam si gendut sambil beringsut mundur. Nampaknya dia sedikit gentar.

=======================

"Kamu mau ke mana?" Lydia Bayusaga heran melihat anaknya sedang menjejalkan beberapa potong pakaian ke dalam ransel kesayangan Andy.

"Cari Jo."

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang