Wander

4K 430 19
                                    

"Bertunangan?" Andy dan ibunya bebarengan menyahut tapi dengan nada suara yang berlawanan. Yang satu kaget dan yang lain sangat antusias.

"Ya. Kenapa tidak?" jawab Balint santai tapi penuh keyakinan. "Buktikan kalau Jo memang bersedia. Bawa dia ke sini segera."

"Eh..."

"Kenapa? Kamu perlu waktu untuk menghipnotisnya?" sindir sang ibu. Setelah ide gila suaminya yang tak bisa ditolak muncul, rencana-rencana lain susun menyusun dalam kepalanya.

Andy merengut kesal. "Jo sedang sakit dan sekarang dalam proses penyembuhan."

"Oh, bagus. Daripada Emilio yang dapat keuntungan untuk berdekatan dengan Jo, mengapa bukan kamu saja?" usul sang ayah.

Andy meragu. Suasana sedang bagus. Ia sudah mendapat angin segar meskipun cuma sepoi-sepoi kecil. Ini bisa segera berbalik jadi senjata makan tuan kalau ibunya tahu sakit yang sedang dialami Jo. Bisa rusak kembali seluruh kesempatan yang diberikan sang ayah.

"Kurasa lebih baik Jo sembuh dulu, Pa."

"Sakit apa dia?"

Lydia menyahut masam. "Agen tangguh. Kena tembak."

Balint tampak terkejut.

"Begitulah," sambung Lydia, "entah yang ke berapa kali dan entah seberapa parah rusak tubuhnya."

"Mama!" Andy mengira-ngira apakah ibunya mengetahui tentang bagian tubuh Jo yang tertembak. Tapi melihat ekspresinya kemudian, Andy menarik kesimpulan bahwa hanya sebatas itu yang diketahui sang nyonya besar.

"Apa aku salah bicara?"

"Sayang, beri Jo kesempatan. Biarkan dia dan Andy nanti yang mencari jalan jika mereka sungguh serius."

"Yah. Benar juga. Siapa tahu besok Emilio memberi kabar bahwa anak John itu setuju jadi istri barunya."

==========================

"Jo..."

"And..."

"Cepatlah sembuh, Papa menyuruh kita segera bertunangan," wajah Andy yang ada di layar ponsel Jo terlihat sangat gembira.

Jo terdiam.

Wajah ceria Andy berubah cemas melihat Jo yang bungkam. "Jo?"

"Papamu? Bagaimana dengan Mamamu?"

"Yang penting kamu setuju dulu, nanti Mama pasti ikut setuju."

Jo tersenyum masam. Ia meragukan perkataan Andy. Tidak semudah itu sang nyonya besar menyetujui hal sepenting ini. Eforia Andy terlalu meluap untuk dapat menyadari bahwa ibunya tidak segampang itu untuk takluk pada ide luar biasa sang ayah.

Ia memegangi bekas lukanya yang mulai mengering dan mendadak berdenyut kuat.

"And... Apa Mamamu tahu kondisiku? Sampai kapan kamu bisa bertahan dengan desakan Mamamu jika benar suatu saat kita bersama dan aku tidak bisa memberimu seorang anak? Pernahkah kamu pikirkan itu dengan serius?"

"Aku tidak peduli. Sudah terlalu lama aku merindukanmu. Jangan berani bilang kamu tidak setuju. Jangan berani bilang kamu menolakku. Jangan."

"And...."

"Aku cinta kamu, Jo. Sungguh cinta. Kamu tahu betapa khawatirnya aku jika kamu beralih ke lain hati? Sungguh khawatir sampai aku sering melakukan hal-hal konyol."

Jo terdiam. Ia hanya menatap wajah sendu Andy di layar ponselnya. Wajah yang tak mau pergi dari ingatannya tak peduli betapa keras ia ingin menghapusnya.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang