Danger

3.9K 434 45
                                    

Andy terbangun saat matahari sudah memenuhi jendela kamarnya. Ia tersenyum lebar dan merasakan satu perasaan bahagia yang akhirnya ia dapatkan kembali setelah tahun-tahun sisi hampa yang ia jalani dengan banyak pesta pora. Di luar semua masalah yang masih harus dihadapinya, ia mendapatkan ketenangan itu. Ketenangan dalam pelukan istrinya.

Ya benar. Istrinya, batin Andy bahagia. Aku seorang suami. Suami Jo. Eh? Ia baru menyadari sisi tempat tidurnya sudah kosong. "Jo?"

Suara Andy memantul di kamar besar itu tanpa jawaban.

Yang benar saja, rutuk Andy dalam hati. Menghilang setelah malam pengantin? Tidak mungkin kan dia sedang beramah-tamah dengan Mama? Atau sedang mengejar-ngejar kriminal di bandara?

Lalu pintu kamar mandi terbuka dengan Jo yang sudah berpakaian lengkap.

"Pagi, Suami," Jo mendekati Andy yang masih berkostum sama dari tadi malam. Tanpa kostum. Ia berbaring miring di samping Andy setelah mendaratkan satu ciuman singkat. Matanya berbinar bahagia walaupun gerak-geriknya masih seperti Jo yang biasa.

"Yaah, pelit," protes Andy manja.

Jo bangkit dari tempat tidur dan merapikan diri di depan kaca besar meja rias antik yang pasti sudah ada di situ tak lama setelah mansion Bayusaga dibangun, puluhan atau bahkan seratus tahun yang lalu. "Aku harus ke lapangan, And."

Andy mendesah kesal. Kemudian tanpa canggung ia bangun dan memeluk Jo dari belakang. "Hmm, wangimu..."

"And..."

"Aku tahu. Kamu harus pergi. Tapi terlambat sedikit tidak akan jadi masalah, kan?"

=======================

Lidya Bayusaga pasang wajah masam saat menantunya masih konsisten masuk kantor walaupun baru sehari menikah dan jauh di luar jam masuk kerja.

"Anakku tidak istimewa ya sampai kau meninggalkannya bekerja sehari setelah menikah?" sindirnya tajam.

Jo tersenyum. "Sebenarnya sangat istimewa, Nyonya. Anda tidak lihat saya sampai datang terlambat tadi? Tapi saya juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari Anda. Siapa tahu bisa sesukses Anda."

Lidya merapatkan bibir menahan kesal. Ia mulai bisa membaca situasi. Jo bukan anak remaja ingusan yang dulu dengan mudah ia singkirkan. Sekarang ia menghadapi seorang wanita setangguh dirinya, walaupun dalam bidang yang berbeda, yang sialnya sudah jadi menantu.

Jo mendapat informasi penting pagi-pagi tadi bahwa kaki tangan Mancini yang mulai membangun jaringan sendiri akan memulai aksinya jika Lidya Bayusaga tidak menyetujui ajakan kerjasama dengan mereka. Kerjasama dengan anak perusahaan Bayusaga yang langsung diawasi Sang Nyonya Besar itu bisa jadi pemulus jalan sekaligus pengalih perhatian pihak berwenang dari bisnis kotor yang mereka kendalikan di balik semua itu.

Dan menilik dari sifat ibu Andy, Jo berpendapat kuat bahwa kerjasama itu tak akan terwujud meskipun mereka mengeluarkan ancaman. Lidya Bayusaga tidak selemah itu untuk takut ancaman. Pengalamannya dalam dunia bisnis selama puluhan tahun telah menempanya dengan keras.

Mengingatkan Jo pada dirinya sendiri.

"Kau boleh pulang setelah makan siang. Huh. Jangan membuatku terlihat seperti mertua jahat yang menyuruh menantunya terus bekerja di hari-hari bulan madunya. Aku harus menemui Franks si kepala batu itu untuk memutuskan perjanjian."

"Karena saya juga tidak ingin terlihat seperti menantu jahat yang tidak peduli dengan mertuanya, saya ingin ikut menemani menemui tuan kepala batu itu."

Lidya mendelik jengkel. "Tidak perlu. Bukan urusanmu!"

"Apanya yang tidak perlu, Sayang?" Balint yang mendadak masuk serasa memberi udara segar di ruangan itu.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang