Rebel

4.9K 532 41
                                    

Jo berusaha menyelinap tanpa suara setelah berhasil keluar ruang tempat ia dan empat temannya disekap. Ia bergerak cepat setelah tiga wanita yang lain diambil paksa oleh si gendut.

Ia mencari-cari letak dapur dan menemukan yang ia cari.

Ia mencabut selang gas dari penguncinya dan membiarkan bau gas menyebar sesaat memenuhi dapur yang letaknya di bagian ujung rumah.

Jo berlindung di balik sebuah tembok yang terlihat kokoh di seberang dapur dan segera melemparkan sebuah korek gas plastik ke dinding dapur dan secepat kilat menutup pintu. Korek yang pecah itu memercikkan bunga api yang segera menyulut gas yang sudah menyebar ke penjuru dapur.

Dduuuarrr!

Ledakan gas di dapur mengagetkan seluruh penghuni rumah besar itu. Mereka berlarian keluar hanya untuk menyaksikan dapur dilalap api dengan beberapa ledakan kecil susulan dari beberapa kaleng cat semprot yang disimpan di sana.

Jo belum selesai.

Ia bergerak cepat menuju gazebo kayu beratap rumbia di halaman belakang. Jo mengeluarkan satu lagi korek api yang ia temukan di dapur tadi.

Ia mulai menyulut atap rumbia kering itu dengan mudah.

Dan ketika perhatian penghuni rumah terpecah pada kebakaran kedua, Jo menyelinap kembali ke ruangan tempat ia ditawan dengan membawa tiga wanita yang sempat akan jadi pemuas para anak buah Mancini.

"Jo! Kamu tidak apa-apa?" tanya Bahati khawatir.

Jo mengangguk. "Dengar teman-teman, malam ini mereka akan sibuk dengan kebakaran itu dan kupikir kita aman untuk sementara."

Seruan-seruan tertahan yang mengungkapkan kelegaan mereka segera memenuhi ruangan itu.

"Tapi besok nasib kita akan kembali berada di ujung tanduk," kata Bahati dengan suara sedih, hampir menangis.

"Tenanglah. Aku hanya minta kalian istirahat dengan baik malam ini. Besok kalian harus dalam keadaan segar," ujar Jo.

"Hhh, benar. Supaya cepat laku," sindir Margie, salah seorang wanita yang dari awal penawanan selalu terlihat pesimis.

Jo tersenyum. "Margie, kamu ingin bebas, kan?"

"Memangnya siapa yang akan membebaskan kita? Superman kesasar? Avengers kurang kerjaan?"

"Margie!" tegur beberapa wanita bersamaan.

Jo masih tersenyum. "Tidak apa. Aku hanya minta kalian mendengarkan aku. Bisa?"

Para wanita itu segera mengangguk menyanggupi, kecuali Margie yang masih merengut.

"Kau pikir kau ini siapa? Kau sama sialnya dengan kami," ujar Margie lagi.

Tanpa menanggapi lagi ocehan Margie, mereka mulai merebahkan diri di atas hamparan karpet usang.

"Aku percaya kamu bisa mencari cara untuk menyelamatkan kami, Jo," bisik Bahati.

=======================

Mayor Emilio duduk santai di bangku besi tempa di halaman rumahnya sementara Andy berjalan mondar-mandir dengan gelisah.

"Duduklah. Kalau kau salah satu anak buahku pasti sudah kusuruh lari sekalian, hm, beberapa putaran lapangan," kata sang mayor.

"Oh, maaf." Andy spontan duduk di samping laki-laki itu.

"Em, sebaiknya jangan di sini. Rasanya aneh. Seperti bicara dengan anakku tapi nyatanya kau sainganku. Kau duduk saja di sana." Mayor Emilio menunjuk sebuah batu lebar yang diletakkan sebagai hiasan yang berada tepat di depannya.

The Pretty Bodyguard and The Crazy BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang